Dalam upaya kita untuk menjadi versi terbaik dari kita, ada prinsip-prinsip mendasar yang harus kita pegang untuk dan menjadi perhatian hidup kita agar bisa; memberi kita arah, kekuatan, dan tujuan. "Lima F" ini—Iman, Keluarga, Keuangan, Kebugaran, dan Aktualisasi tertinggi —bukan hanya bagian integral dari hidup kita, tapi juga merupakan elemen-elemen penting yang berharmoni untuk membentuk hidup yang penuh nilai, bermakna, dan membawa kebahagiaan. Secara harmonis, komponen-komponen ini membentuk fondasi kehidupan yang kokoh, tidak hanya untuk keberhasilan pribadi, tetapi juga untuk kesejahteraan orang-orang di sekitar kita. Ketika dipupuk dengan ketulusan dan pengabdian, pilar-pilar ini menuntun kita menuju pengabdian sejati, ini sesuai dengan ayat Al Quran Surat Az-Dzariyat ayat 56 "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
- Faith (Iman): Jangkar bagi Jiwa
Rasullulah Nabi Muhammad SAW, imemandang man bukan hanya sekadar bagian dari hidup; iman adalah poros yang menggerakkan dunianya. Setiap langkah yang diambil, setiap kata yang terucap, setiap keputusan yang dibuat, senantiasa berpijak pada keimanan yang dalam dan pengharapan pada ridho Allah.
Iman memberinya keberanian tanpa goyah dan rasa tanggung jawab yang besar—bukan hanya kepada dirinya sendiri, tetapi juga kepada umat manusia. Dalam menghadapi tantangan yang tak terbayangkan, pengkhianatan, dan oposisi, dia tetap teguh pada keyakinannya akan tujuan yang melampaui pengakuan duniawi, ikatan tak terputus dengan Yang Ilahi yang menguatkan hatinya di segala ujian.
Salah satu aspek yang paling menyentuh dari imannya adalah praktik istighfar yang senantiasa dijalankan, memohon ampunan kepada Allah. Meskipun sebagai nabi beliau maksum dan sangat saleh dalam perbuatannya, ia kerap meminta ampunan, bukan karena rasa bersalah, tetapi sebagai wujud kerendahan hati dan penghormatan. Ini menjadi pengingat bahwa, tidak peduli seberapa tinggi kedudukan atau kebaikan seseorang, manusia tetap membutuhkan rahmat dan petunjuk Ilahi. Melalui istighfar, Nabi Muhammad menunjukkan bahwa iman adalah sebuah perjalanan, pencarian tak berujung untuk mendekat kepada Yang Ilahi, menerima ketidaksempurnaan kita di hadapan kesempurnaan-Nya.
Rasullullah Nabi Muhammad SAW, melihat iman bukanlah keadaan pasif, melainkan pengalaman hidup yang aktif. Iman memanggilnya untuk memimpin dengan empati, memaafkan bahkan mereka yang menyakitinya, serta dengan tanpa lelah memperjuangkan keadilan dan kebaikan bagi semua. Hidupnya adalah contoh bagaimana iman dapat menjadi sumber kekuatan batin dan kejelasan moral yang tak tergoyahkan. Dalam perjalanan kita menuju hidup penuh tujuan dan ketahanan, kita juga bisa menjadikan iman sebagai bintang penuntun. Iman dapat menambatkan kita di tengah ketidakpastian, menjadi kompas moral kita, dan mengingatkan kita akan jalinan takdir yang lebih besar di mana hidup kita menyatu. Seperti yang Nabi tunjukkan, iman bukanlah tentang tidak pernah jatuh—melainkan tentang selalu kembali pada tujuan yang lebih tinggi, membiarkan tujuan itu membentuk hati dan hidup kita.
Rukun iman di Islam menjelaskan pentingnya 6 pilar iman untuk kita jadikan acuan utama; 1. Beriman kepada Allah, pentingnya untuk memiliki tauhid yang kuat 2.Iman kepada Malaikat, sebagai penyampai wahyu 3. Iman pada kitabullah, sebagai pedoman hidup manusa 4. beriman pada Rasul, pentingnya memahami ajaran agama yang komprehensif ini dari manusia sempurna 5. Iman pada hari akhir, pentingnya memahami bahwa semua yang kita jalankan di bumi akan ada pertanggung jawaban 6. Iman pada qodo dan qodar, pentingnya menikmati setiap episode hidup yang Allah tugaskan dan semua ya rezeki Allah berikan kepada kita.
Iman adalah nikmat tertinggi untuk manusia, bahkan lebih tinggi dibandingkan nikmat sehat, penting untuk selalu bisa berada di sekitar orang yang menjaga nilai keimanan di keseharian kita agar bisa lebih menjaga kestabilan di iman di hati kita.
2. Keluarga: Fondasi Sebuah Bangsa
Di jantung setiap masyarakat yang madani, sejahtera dan bahagia adalah keluarga—sebuah unit kecil yang menumbuhkan nilai-nilai, membangun ketahanan, dan menanamkan rasa memiliki yang melampaui dinding rumah. Ketika keluarga kuat, komunitas berkembang, dan bangsa tumbuh tangguh. Keluarga membentuk karakter, menanamkan tanggung jawab sosial, dan mengajarkan empati, menciptakan budaya kepedulian dan penghormatan yang tersebar ke seluruh masyarakat. Dengan demikian, keluarga bukan hanya tulang punggung komunitas, tetapi juga fondasi dasar dari bangsa yang kuat dan stabil.
Ikatan keluarga yang kokoh tidak terjadi begitu saja; mereka ditumbuhkan melalui waktu, cinta, dan perhatian yang tulus.
Dengan berkomunikasi secara mendalam dan meluangkan waktu yang berkualitas bersama anak-anak kita, kita membangun fondasi kepercayaan dan keamanan emosional. Waktu yang dihabiskan bersama bukan hanya tentang kehadiran fisik; ini tentang keterlibatan mental dan emosional. Melalui momen-momen kebersamaan dan tradisi keluarga—entah itu malam permainan mingguan, jalan-jalan keluarga, atau memasak bersama—kita menciptakan kenangan yang memberikan anak-anak rasa memiliki dan kesinambungan.
Untuk saya pribadi kegiatan mountain hiking adalah kegiatan favorit kami, selain berfungsi sebagai sarana tadabbur alam, kita juga bisa mendapatkan waktu berharga untuk bisa bicara dengan dalam dengan setiap anggota keluarga.
3. Keuangan: Membangun Kemandirian dengan multiple stream of income
Kesehatan finansial adalah pilar penting untuk hidup yang bebas dan aman. Uang bukan tujuan akhir, tetapi stabilitas finansial memberi kita kebebasan untuk membuat pilihan yang selaras dengan nilai-nilai kita, mendukung keluarga kita, dan mengejar tujuan yang bermakna. Kini, mencapai kebebasan finansial sejati sering kali memerlukan pendekatan yang lebih beragam—yang melibatkan pembangunan berbagai aliran pendapatan.
Mengandalkan satu sumber penghasilan berisiko, membuat kita rentan terhadap perubahan ekonomi atau tantangan hidup yang tak terduga. Setiap sumber tambahan bertindak sebagai penyangga, melindungi kita dari kemunduran dan menciptakan ekosistem pertumbuhan finansial. Keamanan yang berasal dari kemandirian finansial memungkinkan kita hidup dengan tujuan, bukan sekadar gaji, memberi kita kebebasan untuk berkontribusi bagi keluarga, komunitas, dan hasrat kita secara berarti.
Uang adalah satu sarana untuk kita bisa memberikan kemanfaatan yang lebih besar lagi untuk lingkukan kita.
4. Kebugaran: Memelihara Vitalitas dan Panjang Umur Melalui Mobilitas
Ada beberapa riset yang mengindikasikan adanya hubungan erat antara longevity dan mobility. Kebugaran, terutama mobilitas, sering kali dianggap sebagai tujuan sekunder, namun sebenarnya adalah dasar kesehatan dan umur panjang. Tubuh kita adalah wadah yang membawa kita dalam hidup, dan dengan menjaga mobilitas, kita menghormati dan melindungi wadah tersebut. Mobilitas bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi tentang menjaga kebebasan gerak, kemampuan melakukan tugas sehari-hari tanpa rasa sakit atau keterbatasan. Ini adalah komitmen untuk menua dengan penuh semangat dan mempertahankan kemandirian di usia senja kita.
5. Fulfillment Perjalanan Mencari Kebahagiaan dan Tujuan
Fulfillment memberikan kebahagian dan kepuasan yang kita rasakan ketika hidup sejalan dengan nilai-nilai dan diri sejati kita. Ini adalah kebahagiaan yang muncul dari pekerjaan yang bermakna, mengembangkan hobi yang menggelora, dan berkontribusi pada tujuan yang kita pedulikan. Kepuasan bukanlah tentang tujuan akhir; ini adalah perjalanan untuk menemukan dan merangkul hal-hal yang membuat hidup kaya dan bermakna. Ketika kita menjalani hidup yang penuh kepuasan, kita membawa energi, semangat, dan cinta ke dalam segala yang kita lakukan, menciptakan efek positif yang memperkaya hidup kita dan juga hidup orang-orang di sekitar kita.
Membangun Kehidupan yang Seimbang, Bermakna, dan Tangguh
Ketika lima pilar ini—Iman, Keluarga, Keuangan, Kebugaran, dan Fulfillment—kita jaga geloranya di keseharian kita dan di lingkungan sekitar kita saling menguatkan, ini akan menciptakan kehidupan yang bermakna, bermanfaat dan seimbang.
Sulit membayangkan kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita, tanpa memiliki obsesi terhadap 5F ini keseharian kita. Saya berharap kita bisa menjadi saluran berkah dan hamba Allah yang diridhoiNya dengan menempatkan 5F ini di bagian terpenting hiidup kita