Friday, September 19, 2025

Strategi Menjadi AI Hub Asia Pasifik




Krisis Geopolitik, Peluang Strategis

Di beberapa pertemuan yang IDPRO hadiri bersama team KOMDIGI, ada spirit yang sama untuk bersama menjadikan Indonesia sebagai pusat AI di kawasan Asia Pasifik, karena memang potensi dari sisi; supply energi, sumber daya manusia, infrastruktur subsea cable dan juga ketersediaan air bersih Indonesia unggul. Tapi memang tidak adanya insentif dan juga birokrasi perizinan menjadi tantangan bagi para investor data center. 

Menariknnya dalam beberapa bulan terakhir, lanskap global teknologi tinggi mengalami pergeseran dramatis. Pemerintah Amerika Serikat memperketat kontrol ekspor terhadap semikonduktor dan AI chipset, dengan menargetkan negara-negara yang dianggap sebagai jalur tak langsung ekspor ke Tiongkok — termasuk Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Di salah satu artikel yang saya baca di Bloomberg (Agustus 2025), beberapa pabrik integrator dan eksportir semikonduktor di Asia Tenggara tengah diselidiki atas dugaan "reshipment" teknologi AI ke entitas yang masuk dalam daftar sanksi AS.

Dalam konteks ini, Indonesia justru berada dalam posisi strategis yang netral dan dipercaya secara global, serta memiliki populasi digital terbesar di ASEAN. Lebih dari 80% penduduk Indonesia sudah memiliki akses ke internet dan diproyeksikan di tahun 2025 ini Gross Merchandise Value kita akan mencapai USD 135 billion. Dengan semua parameter ini kita harus membajak momentum geopolitik yang luar biasa menarik ini: menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan dan penyimpanan infrastruktur AI — atau “AI Hub” — untuk Asia Pasifik.

Indonesia dan Potensi yang Siap Diakselerasi

Beberapa data dan fakta yang menegaskan kesiapan Indonesia:

  • Populasi Digital Terbesar di Asia Tenggara

    Menurut laporan We Are Social 2025, Indonesia memiliki 224 juta pengguna internet aktif, terbesar ke-4 di dunia.

  • Infrastruktur Data Center yang Tumbuh Cepat

    Berdasarkan laporan Cushman & Wakefield (2024), Indonesia menjadi salah satu dari lima pasar pusat data hyperscale dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan pertumbuhan kapasitas lebih dari 30% YoY.

  • Posisi Geopolitik Strategis

    Indonesia bukan bagian dari jalur sanksi AS, dan memiliki stabilitas politik yang lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga yang saat ini terpengaruh oleh pembatasan ekspor teknologi strategis.


Buku Putih AI Nasional: Cetak Biru Arah Strategis

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMDIGI) saat ini tengah menyusun Buku Putih Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional dan Pedoman Etika AI, yang menjadi fondasi arah pembangunan AI Indonesia hingga 2045.

Saya secara pribadi ditugaskan sebagai bagian dari Gugus Tugas penyusun Buku Putih ini, dan melihat langsung bagaimana kolaborasi lintas sektoral dibutuhkan secara nyata. Buku putih ini menekankan:

  1. Etika dan Keamanan AI

  2. Kedaulatan Data dan Infrastruktur Nasional

  3. Pengembangan Talenta AI Domestik

  4. Kolaborasi Industri dan Akademia

Rilis resmi dan draf dokumen ini dapat dibaca di:
https://www.komdigi.go.id/berita/siaran-pers/detail/konsultasi-publik-buku-putih-peta-jalan-kecerdasan-artifisial-nasional-dan-konsep-pedoman-etika-kecerdasan-artifisial


Peran Strategis IDPRO: Katalis Infrastruktur AI Nasional

Sebagai Ketua Umum IDPRO (Indonesia Data Center Provider Organization), saya menegaskan bahwa infrastruktur data center adalah tulang punggung AI nasional. Tanpa data center yang andal, efisien energi, dan patuh regulasi, tidak akan ada AI yang berdaulat.

IDPRO Siap Mendukung:

  • Ekspansi Data Center GPU-Ready
    Memfasilitasi masuknya server AI berbasis NVIDIA H100/Grace Hopper, AMD MI300, dan solusi open chip lainnya melalui anggota kami. Ada satu anggota IDPRO juga yang sudah mengimplementasi GB 200 NVL 72 dengan kebutuhan listrik sekitar 130 kilowatt per rack.

  • Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah & Pusat
    Dalam mendesain zonasi data center dan infrastruktur hijau berkelanjutan. Nongsa Digital Park adalah salah satu contoh sukses betapa besar peranan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus untuk menarik investor data center ke Indonesia. 

  • Kemitraan Pendidikan & Riset AI
    Mendorong kampus dan lembaga R&D untuk memiliki akses ke komputasi AI skala besar lokal. Perusahaan kami www.datagarda.com sudah bekerjasama dengan; Universitas Indonesia, ISTN, ITB dan Politeknik Batam dengan memberikan kurikulum khusus data center dan juga menyediakan trainer yang berpengalaman dan bersertifikasi untuk memastikan mahasiswa memiliki pemahaman yang mendalam dan siap terjun ke industri data center.

  • Kedaulatan Data & Lokalisasi Cloud AI
    Mendorong lahirnya sovereign AI cloud milik Indonesia, yang tidak tergantung pada entitas asing.


Membajak Momentum: Aksi Nyata yang Dibutuhkan

Indonesia tidak hanya perlu “ikut tren”, tapi harus mengambil posisi kepemimpinan AI di kawasan. Untuk itu, saya mengusulkan 5 langkah strategis nasional:

  1. Fasilitasi Impor AI Servers Secara Cepat & Efisien
    Kemenkeu & Bea Cukai harus memiliki fast-track khusus untuk peralatan AI kelas dunia.

  2. Zona Ekonomi Khusus untuk AI & Data Center
    Diperlukan inisiatif seperti AI Digital Freeport dengan insentif fiskal, energi, dan regulasi ringan.

  3. Aliansi Strategis dengan Produsen Chip Global Non-AS
    Mitra dari Jepang, Korea, Uni Eropa, dan India dapat membuka jalur non-sanksi ke Indonesia.

  4. Standarisasi & Sertifikasi AI Infrastructure Nasional
    Melalui BSSN dan BSN, perlu ada framework compliance lokal AI cloud & GPU farm.

  5. Platform Kolaborasi Nasional AI
    Melibatkan IDPRO, APJII, ATSI, kampus, startup, dan komunitas teknologi dalam satu forum reguler berbasis ekosistem.


Masa Depan Tidak Menunggu

Jika bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?

Indonesia sedang berdiri di gerbang sejarah digital baru. Perang chip global, revolusi AI, dan krisis kepercayaan global justru membuka peluang bangkitnya bangsa ini sebagai mercusuar teknologi Asia Pasifik.

Melalui kolaborasi lintas sektor, keberanian untuk mengambil risiko strategis, dan kemauan kuat untuk membangun infrastruktur jangka panjang, kita bisa — dan harus — mewujudkan Indonesia sebagai AI Hub Asia Pasifik.

Saya mengajak seluruh pemangku kepentingan — pemerintah, industri, kampus, dan komunitas — untuk membajak momentum ini bersama dan menegakkan kedaulatan digital dengan konsisten.

Indonesia untuk AI. AI untuk Indonesia.


📘 Referensi:

  • Buku Putih AI Nasional: komdigi.go.id

  • Data Populasi Digital: We Are Social 2025 Report

  • Laporan Industri Data Center: Cushman & Wakefield Global Data Center Market Comparison 2024

  • Berita Geopolitik Chipset: Bloomberg Technology Asia, Agustus 2025

Saturday, September 13, 2025

Mimpi Besar Indonesia Menjadi AI Hub Asia Pasifik: Jangan Gagal Karena Regulasi yang Tak Siap

 




Indonesia punya peluang emas. Di tengah pergeseran ekonomi global ke arah digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI), kita sedang berdiri di depan gerbang sejarah: menjadi pusat pertumbuhan AI dan infrastruktur digital di Asia Pasifik. Tapi peluang sebesar ini bisa hilang dalam diam jika regulasi kita tidak berubah arah—dari menghambat, menjadi mengundang.

Sebagai Ketua Umum IDPRO, saya merasa perlu angkat suara. Karena yang kita perjuangkan hari ini bukan hanya insentif fiskal untuk industri data center, tapi arah masa depan ekonomi digital Indonesia.


Data Center: Pelabuhan Digital untuk AI dan Ekonomi Masa Depan

Data center hari ini adalah pelabuhan dan jalan tol ekonomi digital. Ia bukan sekadar gudang server. Tanpa infrastruktur ini, semua layanan berbasis cloud, AI, transaksi perbankan, e-commerce, dan bahkan smart city seperti IKN—akan berjalan dengan kaki, bukan mesin.

Setiap 1 MW kapasitas data center menciptakan ratusan pekerjaan langsung dan tidak langsung. Ekosistemnya hidup: dari konstruksi, logistik, hingga pengembangan talenta digital. Lebih dari itu, data center adalah tulang punggung bagi AI workloads: dari pelatihan model, deployment, hingga inferensi model generatif dan LLM (Large Language Model).


Tapi Kenapa Investor Masih Ragu?

Jawabannya sederhana: regulasi kita belum berpihak.

Saat negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand menawarkan tax holiday 10–15 tahun, tarif listrik di bawah USD 0.07/kWh, dan perizinan ekspres—Indonesia justru belum punya kerangka insentif yang kompetitif.

Akibatnya?

Investor AI global dan hyperscale cloud lebih memilih relokasi ke luar negeri. Padahal, dengan insentif yang tepat, satu data center 100 MW saja bisa:

  • Menyumbang Rp 8–12 triliun penerimaan negara dalam 5 tahun

  • Memberikan pendapatan berulang Rp 1,7 triliun/tahun untuk PLN

  • Mendorong pertumbuhan ekosistem cloud, startup AI, fintech, edutech

  • Membuka akses infrastruktur untuk pengembangan Super AI nasional

  • Mempercepat digitalisasi sektor publik, dari BPJS hingga sistem pajak


Insentif Bukan Beban, Tapi Investasi Masa Depan

Kita perlu mengubah paradigma. Insentif bukan berarti kehilangan penerimaan negara. Justru sebaliknya, insentif adalah katalis pertumbuhan ekonomi digital.

Apakah PLN akan kehilangan pendapatan jika diberi tarif industri? Tidak. Karena tanpa insentif, tidak ada penjualan listrik sama sekali.

Simulasinya jelas: dengan tarif industri (USD 0.075/kWh), memang ada penurunan pendapatan bruto PLN sebesar Rp 420 miliar per tahun. Tapi itu adalah revenue yang tidak pernah ada jika data center tidak dibangun.

Lebih jauh lagi, PLN justru akan mendapat pelanggan strategis baru di sektor digital, memperluas bauran energi baru terbarukan (EBT) lewat skema Green PPA, dan membuka potensi ekspansi bisnis energi hijau.


Kalau Kita Tidak Bergerak, Kita Akan Tertinggal

Negara lain sedang berlari. Kita tidak bisa selamanya duduk dalam rapat koordinasi tanpa keputusan.

Tanpa insentif:

  • Kita kehilangan Rp 8–12 triliun penerimaan fiskal

  • PLN kehilangan potensi pendapatan triliunan rupiah

  • Kita gagal membangun ekosistem AI lokal

  • Anak-anak muda Indonesia akan jadi penonton, bukan pemain, dalam revolusi AI


Apa yang Bisa Dilakukan?

IDPRO mengusulkan beberapa solusi strategis yang fiskal-netral, terukur, dan bersyarat:

  1. Tarif listrik industri khusus untuk data center

    • Di kisaran USD 0.07–0.08/kWh

    • Diikat dengan syarat green energy dan pelatihan SDM lokal

  2. Insentif bertingkat berbasis kinerja

    • Tax allowance untuk investasi GPU cluster

    • Pembebasan bea masuk untuk AI servers

  3. Insentif fiskal “ditunda” dan dibayar dari downstream

    • Tidak perlu subsidi langsung

    • Dibayar kembali dari pajak digital cloud & AI

  4. Kewajiban transfer teknologi dan penyediaan cloud nasional


Indonesia Harus Berani Ambil Posisi

Visi Indonesia untuk menjadi kekuatan AI di Asia Tenggara tidak bisa dibangun di atas niat baik saja. Ia butuh keberanian fiskal. Ia butuh insentif yang jelas, adil, dan strategis.

Sebagai Ketua IDPRO, saya mendorong Kementerian Keuangan dan stakeholder terkait untuk melihat bahwa pemberian insentif untuk industri data center bukan pengeluaran, tapi investasi—yang akan menghasilkan return dalam bentuk:

✅ Ekspansi tax base
✅ Penciptaan lapangan kerja digital
✅ Akses AI nasional yang berdaulat
✅ Efisiensi layanan publik
✅ Pertumbuhan PDB digital yang berkelanjutan


Pilihannya Jelas

Kita bisa menjadi produsen AI atau selamanya menjadi konsumen teknologi asing.

Kita bisa membangun pabrik AI di dalam negeri, atau membiarkan mereka berdiri di negara tetangga.

Kita bisa menjadikan insentif sebagai alat kedaulatan digital, atau kehilangan peluang sekali seumur hidup ini.

Saya percaya, dengan regulasi yang berpihak dan visi jangka panjang, Indonesia tidak hanya bisa jadi AI hub Asia Pasifik—tapi juga simbol kemajuan digital yang inklusif dan berdaulat.

Hendra Suryakusuma
Ketua Umum IDPRO