Dibawah ini adalah beberapa hal yang penting dalam menyikapi bulan Ramadhan, bulan yang dipenuhi keberkahan di dalamnya.
1) Ramadhaan satu2nya 
bulan yg disebut namanya dlm Al-Quran, dan itu menunjukkan 
keistimewaannya. Adapun makna Ramadhaan berasal dari kata "Ramdhaa-u" yg
 bermakna "Syiddatul-Harr" (yg sangat panas). Ibnu Hajar mengatakan: 
"Li-annahu Tuhraqu Fiihadz-Dzunub" (Karena sungguh dibakar dosa2 di 
dalam bulan -- Ramadhaan -- itu). Itulah sebabnya sebagian orang 
menyebutnya bulan suci, karena terjadinya proses pensucian manusia dari 
dosa2nya di bulan itu. Inilah kedahsyatan Ramadhaan.
2) Nabi saw bersabda: 
"Idzaa Dakhala Ramadhaan Futihat Abwaabus-Samaa-i..." Wa Fii Riwatin: 
"Abwaabur-Rahmah".. Wa Fii Riwayatin: "Abwaabul-jannah" (Apabila masuk 
bulan Ramadhaan, maka seluruh pintu langit di buka. Dalam riwayat yg 
lain: "Pintu2 rahmat dibuka". Dalam riwayat yg lain: "Pintu2 Sorga 
dibuka". (HR. Bukhari dan Nasa-i). Dibukanya pintu langit berarti 
terbukanya waktu mustajab utk berdo'a kpd Allah selama 24 jam dan 
terbuka utk menerima semua 'amal shalih. Dibukanya pintu2 rahmat berarti
 betapa luas rahmat Allah yg tercurah dlm bulan itu. Dibukanya pintu2 
Sorga, betapa luas jalan menuju Sorga bagi setiap muslim yg wafat pada 
bulan itu. Allaahu Akbar.
3) Nabi saw melanjutkan 
sabdanya: "..Wa Ghulliqat Abwaabu Jahannam, Wa Sulsilatisy-Syayaathiin" 
(Dan dikunci pintu2 Neraka, dan syaithan2 dirantai). Jumhur 'ulama 
mengatakan yg dimaksud "syaithan2 dirantai", ialah: syaithan2 tdk lagi 
mampu menggoda atau membisikkan pengaruhnya kpd manusia, sehingga setiap
 muslim tinggal menghadapi bisikan2 negatif dari dalam dirinya saja, 
secara teori ini tentu lebih mudah dihadapi. Inilah situasi kondusif yg 
Allah berikan pada bulan Ramadhaan, agar setiap muslim dimudahkan 
menggapai rahmat Allah, serta membangun karakter Taqwa yg merupakan 
tujuan dari Shaum.
4) Yaa-ayyuhalladziina 
Aamanuu Kutiba 'Alaikumsh-Shiyaamu, Kamaa Kutiba 'Alal-Ladziina Min 
Qablikum La'allakum Tattaquun. (Al-Baqarah:183).
 "Hai org2 yg 
beriman, diwajibkan atas kalian melaksanakan Shiyam sebagaimana 
diwajibkan atas org2 seblm kalian, agar kalian bertaqwa".
 Ayat yg 
mulia ini dimulai dgn seruan "hai org2 yg beriman". Al-Ustadz Sa'ad 
Shadiq Muhammad mengatakan bhw seruan dgn menyebut "iman" spt ini, hanya
 khusus bagi org2 yg beriman, krn iman kpd Allah merupakan dasar bagi 
seluruh kebaikan dan sumber bagi semua keistimewaan.
5) "Diwajibkan atas 
kalian melaksanakan Shiyam..". Makna Shiyam dari segi bahasa: Imsaakun 
'Anil-Kalaam Wal-Fi'li (Menahan diri dari pembicaraan dan perbuatan). 
Pengertian ini sesuai dgn sabda Nabi saw: "Laisash-Shiyaamu Minal-Akli 
Wasy-Syarabi. Innamaash-Shiyaamu Minal-Laghwi War-Rafatsi" (Bukanlah 
Shiyam itu menahan makan dan minum. Sesungguhnya Shiyam itu menahan diri
 dari ucapan dan perbuatan batil (sia2) dan dari kata2 kotor).HR 
Al-Hakim dan Al-Baihaqi. Hadits ini menjelaskan makna yg hakiki dari 
Shiyam, yaitu: menahan diri atau mengontrol diri dari ucapan dan 
perbuatan yg batil.
6) Mengapa lisan 
(berbicara) harus ditahan (dikontrol)? Krn menurut Nabi saw lisan adalah
 anggota tubuh yg paling banyak memproduksi dosa, sabda Beliau: "Aktsaru
 Khathaaya Ibni Aadama Fii Lisaanihi" (Sebagian besar kesalahan/dosa 
anak Adam/manusia, terdapat di lisannya").HR. Ath-Thabrani dan Ibnu 
Hibban).
7) Imam Al-Ghazali memaparkan secara lengkap apa yg dimaksud menahan lisan diwkt Shaum. Beliau berkata:
Menjaga lisan itu ialah dari:
 1) Al-Hadzyaan; yaitu bicara ngawur spt org ngigau. Asal nyelutuk dsb.
 2) Al-Kidzbu; dusta, bohong, ngibul dsb.
 3) Al-Ghiibah; membiacarakan aib org di belakang.
 4) An-Namiimah; adu domba.
 5) Al-Fuhsy; ucapan2 keji.
 6) Al-Jifaa'; ucapan2 batil (sia2)
 7) Al-Khushuumah; bertengkar.
  Al-Miraa'; berdebat dgn sengit.
 Dan konsisten bersikap diam, dan menyibukkan lisan utk berdzikir kpd Allah atau membaca Al-Quran dsb. Inilah Shaumnya lisan.
8. Selanjutnya Imam 
Al-Ghazali mengatakan: Termasuk --kewajiban-- Shaum memelihara telinga 
dari mendengarkan hal2 yg makruh dan diharamkan (spt mendengarkan gosip2
 dan acara2 tdk bermanfaat lainnya melalui TV, radio atau mendengar hal2
 tsb langsung dari teman bicara), berdasarkan sebuah riwayat:
 
"Al-Mughtabu Wal-Mustami'u Syarikaani Fil-Itsmi" (Org yg menghibah dan 
org mendengarkan, sama2 berdosa). Dan juga termasuk --kewajiban-- Shaum 
memelihara anggota tubuh yg lain, seperti tangan dan kaki dari perbuatan
 haram dan makruh (lihat Al-Ihyaa' juz 1 hal. 271). Inilah yg dimaksud 
menahan diri (Imsaakun) dari perbuatan batil.
Sebuah video menarik mengenai Ramadhan di Korea Selatan
https://www.facebook.com/photo.php?v=569910769732978
No comments:
Post a Comment