Setibanya di bandara Sultan Mahmoed Badaruddin II di jam 5.20 sore, kami dijemput oleh Paman saya yang sangat baik, kami memanggilnya Mang Nono. Beliau langsung mengantarkan kami ke Wisma Pertamina Plaju melewati daerah Kenten. Kenten sekarang sungguh jauh berbeda dengan sewaktu saya kecil, sudah banyak sekali gedung bertingkat dan lalu lintasnya ramai sekali. Seingat saya daerah ini dulunya adalah hutan dan sangat sepi. Menjelang jembatan Ampera kondisi kemacetannya sangat luar biasa dan banyak sekali perubahan dari sisi infrastruktur disana.
Jalan sepanjang Plaju juga sudah sangat berbeda, banyak sekali gedung bertingkat, kampus-kampus bahkan mall berdiri megah disana. Di tahun 70an akhir jalan dari Plaju ke Palembang hanya satu (dua jalur) di sisi kanan kirinya banyak sekali rumah panggung dengan bahan kayu.
Akhirnya kami tiba di komplek Pertamina Plaju, tidak banyak perubahan yang terjadi di komplek ini, semuanya hampir terlihat sama dengan 30 tahun lalu. Beberapa rumah sudah tampak tidak terurus. Kami langsung menuju rumah kediaman keluarga Mang Nono yang mungil namun menyenangkan.
Istri Mang Nono, Bi Wati sudah menyiapkan makan malam yang luar biasa nikmatnya, sate ikan gabus, oreg tempe khas Palembang, tak lupa juga suguhan pempek dengan cuka yang luar biasa nikmat. Glorious food indeed, kami tidur dengan sangat nyenyak di Wisma Pertamina Plaju.
Pada tanggal 24 September, jam 8 pagi kami menghadiri acara pernikahan di kediaman Mang Uha, masih di kompleks yang sama. Setelah acara selesai dan beristirahat di Wisma, kami pun bergegas untuk mengunjungi Sungai Gerong. Pintu masuk gerbang menuju komplek Sungai Gerong dijaga satpam dan juga tentara, ada kerinduan yang menyeruak dalam setelah melihat Mesjid Darur Rahmah terlihat di sisi kiri jalan, sebuah mesjid tempat dimana Bapak saya pertama kali mengajarkan saya pentingnya sholat sunnah Jumat. Berkelebat kenangan indah yang luar bisa saya syukuri.
Kami lanjutkan perjalanan dan berhenti di kolam renang Sungai Gerong, alhamdulillah kondisinya masih sangat terawat, langsung teringat betapa Bapak saya dengan sangat disiplin mengajarkan kami berenang.
Desir angin syahdu sekali sore itu, saya itdak bisa membendung air mata yang ditimbulkan oleh perasaan syukur yang mendalam. Betapa bahagia dan bangganya dibesarkan oleh orang tua yang penuh rasa tanggung jawab, dengan segala keterbatasannya terus berjuang untuk kesejahteraan anak-anaknya.
Kami melanjutkan perjalanan dan mengunjungi rumah tempat saya di besarkan yaitu di jalan Gajah 825, bersyukur sekali rumah ini masih terlihat sangat asri dan terawat dan masih ada penghuninya juga. Saya juga berkesempatan untuk berkunjung ke TK Taman Siswa, saya ingat betapa Ibu saya harus menenangkan saya di hari-hari pertama saya masuk sekolah, aaah these streams of beautiful memories...Saya juga sempat mengabadikan lapangan bola yang sudah terbengkalai dan juga playground dengan permainannya yang sudah berkarat dan rusak. Di mata saya itu semua terlihat indah dan megah dengan caranya yang aneh. Kami lanjutkan perjalanan ke jalan Kelapa, sayangnya bekas rumah kami sudah dibongkar dan digantikan dengan kandang burung besar.
Sore hari, kami lanjutkan perjalanan untuk menikmati kuliner di tepi sungai Musi, sungai ini masih saja sepuitis dahulu. Memberikan nafas kehidupan bagi begitu banyak orang di tepiannya.
Malam harinya setelah shalat berjamaah dengan keluarga, saya tidak bisa menahan tangis bahagia penuh rasa syukur, tiga anak saya memeluk hangat saya dan bertanya "kenapa ayah menangis", saya menjawab bahwa saya bersyukur dikaruniai orang tua yang hebat dan mendidik saya dengan sangat hebat.
41 tahun yang lalu, Sungai Gerong dikelilingi oleh hutan yang padat dan masih banyak sekali kasus kriminal yang mungkin disebabkan oleh ketimpangan sosial. Ada kejadian dimana Bapak saya berhasil melumpuhkan dua orang perampok yang mencoba masuk ke rumah kami. When it comes to his family Bapak will do everything to make his family safe and sound.
Di tanggal 25 September kami diundang untuk sarapan di rumah Mang Nono, luar biasa sarapannya saya makan kari dan pasta yang kalau tidak salah namanya rigit, masya Allah nikmatnya. Setelah itu kami mengunjungi rumah kediaman keluarga Oom Dodo di Plaju, sudah lama sekali kami tidak bersilaturahmi, indah sekali rasanya bisa melepas rindu. Setelah itu kami lanjutkan dengan menghadiri resepsi pernikahan di hotel Horison Palembang. Kami langsung menuju ke bandara, begitu banyak oleh-oleh yang keluarga kami siapkan, masya Allah I'm overwhelmed with the amount of love given.
Alhamdulillah ya Allah atas perjalanan indah yang kau izinkan aku menikmatinya.
No comments:
Post a Comment