Sunday, September 30, 2018

Kajian tafsir surah Al Quraisy


Bilund October 1, 2018

Bismillahirrahmanirrahim.

Saya dan Bapak saya sangat terkesan dengan penjelasan tafsir dari surah Al-Quraisy yang disampaikan oleh Bang Debby Nasution. Karena ternyata begitu dalam dan sarat dengan makna surah Al Quran yang agung ini. Kajian ini juga merupakan kajian awal yang saya terima dari Bang Debby di pertengahan tahun 2007.

Diayat yang pertama ada kalimat "ilaf (huruf "lam dan Alief" disini "liila"mengandung makna yang sangat luar biasa)" yang memberikan penjelasan yang mendalam mengenai "kebiasaan orang-orang Quraisy"  terutama dalam menjalakan aktifitas trading mereka yang sangat sukses. Ditandai dengan banyaknya raja-raja di saat itu yang memberikan kepercayaan penuh kepada bangsa Quraisy. Penjelasan yang pertama adalah;

  1. Mereka sangat mencintai bidang yang mereka tekuni yaitu berdagang.
  2. Mereka memegang komitmen yang sangat kuat dalam usaha perniagaannya.
  3. Mereka tidak pernah jemu dalam menekuni bidangnya.


Tiga etos kerja inilah yang dipegang teguh bangsa Quraisy, berdasarkan beberapa kajian ilmiah tradisi berdagang dengan etos tinggi ini sudah berjalan selama lebih dari 500 tahun. Sehingga walaupun minim sumber daya alam tapi bangsa Quraisy bisa tetap maju secara ekonomi dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Ini adalah etos kerja bangsa Quraisy yang Allah puji di dalam KitabNya(Al-Quran) dan dalam berdagang bangsa Quraisy tidak menjual barang dagangan yang dihasilkan oleh negri nya, melainkan barang dagangan dari luar negeri, 

Hari ini saya berada di Billund sebuah kota kecil di negara Denmark, untuk melakukan study banding teknologi kelistrikan. Berpenduduk hanya 6,200 orang kota inilah tempat lahirnya Lego. Di tahun 1916 founder dari Lego yaitu Ole Kirk Christiansen, membeli perusahaan furnitur yang sudah berdiri dari tahun 1895. Selanjutnya Ole melakukan investasi di kota Billund dengan membangun bisnis susu dan membangun gereja Skjoldbjerg di selatan kota Billund. Baru di tahun 1930 Ole mulai memproduksi beberapa perangkat kerja seperti; papan setrika, tangga dan juga mainan miniatur. Mainan pertamanya dibuat dari bahan bekas produksi, bentuk mainan yang lebih sempurna dibuat tahun 1932, dan akhirnya di tahun 1934 pabrik mainan ini dinamakan "Lego". 

Hampir sepanjang perjalanan dari bondara banyak lahan pertanian yang sangat hijau di kiri kanan jalan. Renewable energy sepertinya sudah jadi babian integral dari Billund, banyak sekali saya melihat kincir angin pembangkit listrik di daerah ini. Kota ini sangat bersih, saya melihat ini hanya terjadi karena penduduknya sangat memahami pentingnya kebersihan.

Walaupun minim sumber daya alam, di tengah pusat kotanya ada beberapa pusat penelitian kelas dunia dengan inovasi-inovasi yang sangat tinggi. Saya menginap di Hotel Koldingfjord, sebuah hotel yang sangat indah dengan pemandangan teluk yang begitu mempesona dan bersih, tidak heran mantan presiden USA, Barrack Obama di akhir September 2018 juga menghabiskan waktu tiga hari di hotel ini. 



Dengan kondisi seperti ini Indonesia, bangsa Indonesia yang di anugerahi Allah dengan  sumber daya alam yang sangat kata, harusnya bisa jauh lebih maju dari kondisi sekarang. Bahkan banyak sumber daya alam kita yang hasilnya lebih dinikmati pihak asing dibanding bangsa sendiri. Sudah waktunya pemuda Indonesia lebih berfikir besar, dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, sehingga tidak lagi kita dengar atau baca berita tawuran antara supporter team sepak bola dan hal-hal yang tidak perlu lainnya.

Sejarah dunia sudah membuktikan besarnya peranan pemuda dalam membentuk arah suatu negara. Majulah generasi muda Indonesia, jadikan Al Quran sebagai pegangan hidupmu, insyaAllah kita bisa membawa Indonesia ke tingkat kemajuan yang luar biasa. Aamiin 

Saturday, September 29, 2018

Selamat jalan guruku, sahabatku tercinta Bang Debby Nasution


Amsterdam September 30 2018




Sangat berat menulis content ini, tentang kepergian Bang Debby Nasution, salah seorang yang sangat berjasa baik untuk saya pribadi maupun untuk keluarga dalam memberikan pemahaman terhadap ilmu agama yang komprehensif, dan juga sahabat bertukar pikiran yang luar biasa.

Saya mengenal almarhum Bang Debby Nasution atas jasa, Almarhum Bang Riza Arshad seorang musisi Jazz lĂ©gendaris di bulan Juni tahun 2007, di acara ta’lim rutin hari Sabtu di Sekolah Al Ikhlas di bilängan CIpete Jakarta Selatan. Bang Ija, begitu saya biasa memanggilnya sudah mengajak saya untuk mengikuti ta’lim ini dari tahun 2005, mungkin pikiran skeptis, dan pikiran-pikiran negatif lainnya yang membuat saya malas untuk datang ke ta’lim tersebut. Namun setelah beberapa kali Bang Ija menjelaskan beta banyaknya pencerahan dan pemahaman agama yang beliau dapatkan di ta’lim tersebut akhirnya saya memutuskan untuk datang. 



Berbeda dengan bayangan saya, ta’lim Al Ikhlas ini berformat ruangan kelas dan memang menggunakan salah satu ruang kelas di SD Al Ikhlas. Satu hal yang saya bisa rasakan menonjol adalah betapa ramahnya anggota ta’lim nya (terutama pasangan suami istri luar biasa, Mas Toto dan Mbak Retno) dan itu membuat saya merasa nyaman di pertemuan saya itu. Dan seperti halnya banyak jama’ah ta’lim Bang Debby lainnya bisa analisa, metode ilmiah yang beliau share sangatlah mengena. Dimana semua kajian yang beliau sampaikan selalu disertai dengan dalil berdasarkan qur’an dan sunnah. Saya sangat mengagumi kedalaman dan keluasan ilmu beliau. Betapa banyaknya kitab ulama salaf yang sudah beliau kaji dan analisa. Pertemuan pertama itu begitu berkesan dan akhirnya saya mendawamkan untuk secara rutin menghadiri ta’lim di Al Ikhlas ini.

Di tahun 2010, akhirnya saya pun berhasil mengajak istri saya untuk bersama-sama mengkaji ilmu setiap Sabtu, come to think of it, mungkin ini cara Allah membalas ajakan Bang Ija dulu hehehehe. Dan tak lama setelah ikut ta’lim akhirnya istri saya pun alhamdulillah berhijab. Secara umum ada tiga kajian beliau yang sangat komprehensif dan memberikan pemahaman agama yang luar biasa untuk saya pribadi. Pertama terkait dengan tafsir surah Quraisy, sebuah surat yang ketika ditafsirkan ternyata sangat dalam dan penuh makna. Kedua mengenai tidak adanya dikotomi antara pekerjaan dunia dan ibadah mahdoh, artinya ketika kita bekerja dengan niat yang benar itu sama dengan ibadah. Ketiga mengenai mengkaji ilmu agama itu adalah bentuk ibadah yang paling utama dan paling tinggi pahalanya di hadapan Allah.

Sabtu pagi 15 September 2018. Berdasarkan perhitungan dokter kandungan, ini adalah tanggal due date nya anak ke 4 kami. Dan memang sudah dari hari Kamis dini hari, kehamilan istri saya sudah dalam tahap pembukaan dua. Sabtu pagi itu sangat cerah, karena istri saya masih bisa menahan kontraksinya akhirnya kami putuskan untuk tetap hadir di Majelis Ta’lim Al Ikhlas, kami tidak menyadari ini adalah ta’lim terakhir yang disampaikan oleh Bang Debby.

Di sesi pertama (jam 10-12) kami melanjutkan tafsir surat Saba, saya masih inget beliau membahas ayat ke 14 yang mengisahkan mengenai kematian nabi Sulaiman. Beliau sempat terharu dan menitikkan air mata ketika memberikan tafsir ayat ke 14 ini subhanallah. Kami pun break untuk shoat Dzuhur, beliau  melaksanakannya persis di belakang shaf saya, dan terlihat sangat sehat. DIsini pun beliau sempat berbicara dan berbicara dengan istri saya menanyakan kondisi kehamilan, dan sempat tertawa lepas bertukar canda dengan kami.

Sebelum makan siang bersama kami memulai sesi dua, yaitu sesi tanya jawab. Ada tiga penanya saat ini, dan saya adalah penanya kedua, namun ada yang terlihat mengkhawatirkan ketika orang ketiga bertanya, bang Debby hanya terdiam dan melihat penanya, tak lama kemudian bang Debby pun jatuh pingsan. Sungguh tak ada perasaan khawatir yang berlebihan saat itu terjadi, saya berfikir “mungkin Vertigo Bang Debby kambuh lagi nah”. Keluaga dan para sahabat pun segera memberikan perhatian dan pertolongan. Karbilla Nasution putri beliau meminta Mas Eri Triharso untuk membujuk Bang Debby untuk segera berangkat ke IGD RS Setia Mitra, yang memang jaraknya paling dekat dengan Al Ikhlas. Saat itu Bang Debby menjawab dengan mengganggukkan kepala dengan lemah.

Kami pun menggendong Bang Debby masuk ke mobil Mas Eri, saya kebetulan memegang bagian kaki beliau, dan sempat kaget karena suhunya dingin sekali! Di saat ini lah saya merasa sangat khawatir dan meminta mas Eri untuk bergegas. Tak lama setelah tiba di IGD RS Setia Mitra, hal yang kami khawatirkan pun terjadi, Bang Debby menghembuskan nafas terakhirnya sekitar jam 2 siang, ditengah keluarga dan sahabat-sahabat yang beliau sayangi. Sungguh sangat sulit untuk saya dan istri saya mencerna seluruh kejadian dan informasi ini, bahkan karena sangat emosialnal bayi di kandungan istri saya sempat tidak bergerak aktif. Masih banyak sekali ilmu yang ingin kami gali, masih ingin banyak sekali waktu untuk berinteraksi dengan beliau.



Masih kuat melekat di ingatan saya, ketika saya meminta beliau untuk memberikan kajian di kantor saya di tahun 2011. Saya bilang ke beliau “Bang maaf jumlah karyawan kantor saya masih sedikit, tapi saya ingin abang share ilmu ke mereka supaya pemahaman mereka komprehensif”, beliau menjawab dengan indah “nggak masalah dra, sedikit atau banyak bukan soal yang penting pemahaman agama yang benar bisa sampe ke mereka”. Sosok yang begitu dalam pemahaman agamanya, tapi begitu sederhana dan ikhlasnya dalam bersosialisasi. 

Tanggal 16 September saya menghadiri pemakaman beliau di Sawangan, dan sempat bertemu Bang Adhyaksa Dault, beliau bercerita bahwa di awal September sempat mengajak Bang Debby untuk melakukan medical check up menyeluruh dan beliau menjawab “jangan repot-repot Yu (nama kecil Bang Adhyaksa adalah Yuyu), ane mah kalau meninggal pengen lagi ngajar dan gak ngerepotin orang”. Subhanallah di ijabah Allah doa Bang Debby.


Innalillahi wa inna ilayhi roji’un, MasyaAllah indah banget cara pergi Abang, di moment ketika sedang sharing tafsir quran, di tengah anggota keluarga dan jamaah yang Abang sayangi. Terus terang saya iri bang, dan berdoa semoga Allah kelak mewafatkan saya dan orang-orang yang saya cintai dengan cara yang indah juga.Untuk saya Abang husnul khotimah. Semoga jannah firdaus untuk Abang, dan kita semua bisa bertemu di sana semua. InsyaAllah kami semua muridmu akan tetap konsisten mengkaji ilmu agama ini dengan manhaj yang benar.

Monday, September 03, 2018

Pendakian Ciremai 28-29 Juli 2018


Tadabbur Ciremai 28-29 Juli 2018


Ada paradoks kenikmatan di setiap perjalanan pendakian gunung, tidak ada kenyamanan, tidak ada jaminan keamanan tapi ada kehangatan yang begitu indah di dinginnya angin gunung. Kehangatan yang terbentuk dari diskusi hangat dan intim dengan; rekan pendaki, sesama pendaki gunung lainnya dan keluarga yang ikut serta di perjalanan. Tidak adanya WI-Fi dan sinyal GSM justru membuat kita berfikir keras untuk membuat aktifitas-aktifitas yang seru dan menggembirakan. Ada pemahaman yang lebih mudah tercipta dengan hadir secara fisik di lingkungan yang menyuguhkan pemandangan yang dahsyat, yang membuat kita memiliki persepsi betapa kecilnya kita di hadapan ciptaan Allah yang dahsyat terpampang. Adanya rasa syukur yang begitu tulus di setiap hidangan yang dinikmati.



Semburat cahaya mentari pagi yang membiaskan cahaya yang megah dan indah, samudera awan yang bergerak halus, luasnya mata memandang pesona alam dan hangatnya komunikasi sesama pendaki (ukhuwah pendakiyah) mungkin yang membuat saya selalu ingin kembali menikmati indahnya perjalanan pendakian gunung.

Puncak Ciremai memang memiliki daya pikat dan daya pukau yang sungguh luar biasa, setelah tahun lalu (2017) kami sekeluarga ke Gunung Ijen di daeraeh Bondowoso, di tahun 2018 ini kami merencanakan untuk menaiki gunung Ciremai di bulan Agustus. Namun rencana kami percepat karena jadwal sekolah anak-anak lumayan padat di bulan Agustus. Akhirnya kami putuskan untuk melakukan pendakian di tanggal 28 Juli.

Terus terang sempat muncul negative thinking di benak saya karena mengajak anak saya yang paling kecil Rasyad (7 tahun) yang masih berusia 7 tahun di pendakian yang tidak mudah ini. Pikiran apakah Rasyad nanti akan; minta turun, tidak betah di tenda, udara terlalu dingin dan lain-lain selalu membayangi. Berbeda dengan anak pertama saya Raka dan anak kedua Razan yang memang secara fisik sangat kuat, sama sekali tidak kekhawatiran tentang kondisi fisik dan mental mereka. Oiya kami juga mengajak keponakan Raffa di pendakian kali ini, yang dengan semangatnya mengikuti program latihan fisik yang saya berikan 2 bulan sebelum pendakian ini.



Tapi alhamdulillah semua fikiran negatif ini tidak terbukti, dari awal perjalanan sampai turun kembali ke base camp di Ipukan Rasyad menjadi teman perjalanan yang sangat menyenangkan, sabar dan ceria. I’m so proud of you son!

Perjalanan dimulai dengan melakukan registrasi di Pos Palutungan di ketinggian 1100 Mdpl, setelah itu kami menuju base camp di Ipukan Camping Ground, tempat yang sangat indah dimana kita bisa melihat puncak Ceremai, juga ada camping site dengan view kota Kuningan dan gunung Slamet di kejauhan. Pendakian kami mulai jam 8 pagi, dimulai dengan do’a agar Allah memberikan kami perlindungan, kekuatan dan keberkahan di program tadabbur ini.

Menuju pos 1 Cigowong, perjalanan sangat menyenangkan barisan pohon Pinus yang berjajar indah dan udara pagi yang sangat segar dengan track yang banyak bonusnys membuat kami bisa mengatur nafas dan bercengkerama dengan aktif. Setelah melewati daerah Kali Mati akhirnya kami tiba di Cigowong, pos ini berada di ketinggian 1450 mdpl, berupa daerah datar yang luas.  Kami tiba sekitar jam 10.30, ada fasilitas musholla dan warung yang menyediakan beberapa jenis makanan dan minuman. Anak-anak memanfaatkan moment ini dengan memesan Popmie, yang memang rasanya menjadi lebih nikmat di daerah yang berudara dingin hehehe. Pos ini juga merupakan satu-satunya pos yang memiliki sumber air yang berlimpah, dan rasanya sangat segar. Kami banyak bertegur sapa dengan sesama pendaki gunung lainnya dan  Rasyad sering sekali ditanya oleh mereka yang melihat, termasuk team pendaki dari RS Wijaya Kusuma, yang sering mengajak Ade Rasyad mengobrol dan bercanda, mereka kagum dengan semangat Rasyad yg di usianya sudah mau naik Ciremai.

Setelah cukup beristirahat dan menambah lagi bekal minum kami dari mata air di Cigowong kami melanjutkan perjalanan lagi menuju pos berikutnya yaitu Kuta. Track menuju pos 2 Kuta terasa semakin terjal dan membuat kami harus memperlambat pace pendakian. Pos Kuta bread di ketinggian 1575 mdpl, lahannya sempit dan tidak ada ada tempat untuk mendirikan tenda, setelah menikmati snack dan cukup minum kami segera berangkat ke pos berikutnya.

Pos 3 memiliki nama yang lucu yaitu Pangguyangan Badak, berada di ketinggan 1800 mdpl, kami hanya beristirahat sekitar 10 menit dan langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 4 Arban. Di pos ini kami bertemu kembali dengan team pendaki dari RS Wijaya Kusuma, dan lagi Rasyad diajak bercanda dengan penuh keakraban.

Kami tiba sekitar jam 12.15 siang, disini kami membuka bekal makan siang kami yaitu nasi goreng yang dibuat saudara kami Aki Yaya. Rasanya sungguh lezat, kami makan dengan lahap karena memang perjalanan sampai ke pos Arban ini banyak memakan energi. Kami juga lanjutkan dengan sholat Jama Dzuhur dan Ashar di pos ini, memanfaatkan lahan datar yang lumayan banyak tersedia di pos yang berada di ketinggian 2050 mdpl ini. Setelah cukup beristirahat kami lanjutkan lagi pendakian ini.

Pos 4 memiliki nama yang nyeleneh yaitu Tanjakan Asoy, track menuju pos 4 ini semakin terjal dan udara juga semakin dingin. Hanya sebentar kami beristirahat di pos ini untuk segera beranjak ke pos berikutnya yaitu Pesanggrahan 1.

Selepas Pos Tanjakan Asoy, track pendakian menjadi semakin extreme, beberapa kali kami harus beristirahat untuk mengambil nafas dan memperlambat detak jantung kami. Sesuai dengan namanya tanjakan di track selepas pos Tanjakan Asoy ini sungguh luar biasa menantang kesabaran, Kami banyak berzikir untuk bisa tetap sabar menjalaninya.

Akhirnya sampai kami di pos 5 yaitu Pesanggrahan 1, hanya sebentar kami beristirahat dan segera berenjak ke Pos 6 yaitu Pesanggrahan 2. Pos Pesanggrahan 2 berada di ketinggian 2200 mdpl, kami tiba pukul 15.00 lebih cepas 30 menit dari target awal. Dan sesuai rencana disinilah kami mendirikan tenda dan menyiapkan api unggun serta mengeluarkan peralatan untuk memasak. Karena sudah berhenti bergerak secara aktif, di Pos ini kami merasakan udara dingin mulai menyerang, bersamaan dengan itu Ayah juga mulai mengalami sakit perut yang luar biasa (diare). Kemungkinan besar karena sehari sebelum pendakian saya makan sambal secara berlebihan di RM Ampera di daerah CIlimus.

Rasyad sangat senang melihat kami mendirikan tenda, lucunya memang dari seminggu sebelumnya dia sempat bilang sangat ingin tidur di dalam tenda.

Setelah tenda berdiri, dan anak-anak berseka Alhamdulillah anak-anak bisa tidur dengan pulas, karena memang perjalanan sampai ke Pos Pesanggrahan 2 ini sangat menguras energi. kami pun segera memasak air dan makanan untuk persiapan makan malam. Disini saya sempat minum kopi yang ternyata semakin memperparah diare yang sudah saya derita. Jam 5.30 anak-anak dibangunkan untuk persiapan sholat Maghrib dan makan malam. Maghrib menjelang, udara semakin dingin, makanan pun sudah siap untuk disantap, Alhamdulillah istri saya sudah menyiapkan makanan yang luar biasa enaknya ada; telur, Ebi Furai dan Chicket Katsu. Setelah men jama’ sholat Maghreb dan Isya kita sempat bercengkerama dan sebelum jam 7.30 saya meminta anak-anak untuk tidur. Di saat yang sama Ayah juga mencoba untuk istirahat, tapi karena rasa sakit yang luar biasa dari diare yang diperparah dengan konsumsi kopi, akhirnya saya harus beberapakali pup, dan sangat memakan energi karena akhirnya sepanjang malam saya tidak bisa tidur, dan ada kejadian lucu di sekitar jam 12.30, selepas saya membuang hajat di udara yang sangat dingin, saya berusaha mengusir rasa dingin ini dengan berolahraga dan suara kaki ketika saya squat jump ternyata membangunkan guide kami Wa Ridwan yang mengira ada serangan babi hutten ke tenda kita hehehehe. 

Memang di musim kemarau ini sering terjadi laporan serangan babi hutten di Pos Pesanggrahan 2. Target kami mencapai puncak adalah di jam 5 pagi, dengan target ini Ayah membangunkan anak-anak di jam 2 karena paling lambat jam 2.30 kita harus memulai summit attack. Setelah semalaman saya tidak bisa tidur karena beberapa kali pup dan menahan rasa sakit perut terus terang saya merasa sangat lemas, tapi saya harus tetap semangat karena memang salah satu dari target Tadabbur adalah, sabar dalam menjalani proses menuju harapan. Team Wijaya Kusuma akhirnya mengetahui kondisi saya dan beruntung mereka memberikan obat diatabs yang cukup membantu meredakan gas di perut saya.

Team memastikan bahwa seluruh safety gear mulai dari; jacket, sarung tang, head lamp, obat-obatan, makanan dan minuman sudah terbawa. Setelah kita pastikan bahwa semuanya terbawa kita isi dulu perut kita dengan air putih hangat, madu dan fitbar agar tidak masuk angin.

Track menuju Pos 7 Sanghyang Ropoh sangat berat, vegetasi sudah semakin jarang dan medan dihiasi dengan track berpasir dan berbatu. Udara juga dirasakan semakin tipis, Pos Sanghyang Ropoh bread di ketinggian 2650 mdpl, hanya sekitar 15 menit kami beristirahat disini karena memang udara dingin semakin menusuk kalau kita tidak menggerakkan bada. Ade Rasyad juga sudah harus di gendong mengingat medan yang sudah dirasakan berbagaya, mengingat ada beberapa runtuhan batu dari pendaki-pendaki yang bergerak diatas kami. 



Pos berikutnya adalah Persimpangan Apuy (dari arah Majalengka), jadi sekitar 1 jam dari Sanghyang Ropoh, kami bisa mendengar sayup suara para pendaki dari ara Apuy, dan akhirnya kami tiba pos Persimpangan Apuy, udara tipis ditambah debu pasir yang tebal membuat kami harus mengenakan masker agar mengurangi rasa sesak nafas kami.

Tibalah kami di pos Goa Walet di ketinggian 2950 mdpl, sebuah tempat yang menarik untuk disinggahi, tapi kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak terlebih dahulu. Di Goa Walet ini kami bisa melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan ke arah Majalengka, lautan awan, barisan pegunungan, dan kerlap kerlip lampu di kejauhan sunggu sangat puitis terlihat. Beberapa kali kita beristirahat sambil melihat pemandangan indah di belakang kita, Raka, Razan dan Raffa masih sangat bersemangat Alhamdulillah. Ade Rasyad juga sudah diturunkan dari gendongan karena sempat ada gejala hypothermia ketika suaranya melemah.

Akhirnya setelah perjuangan yang cukup berat akhirnya kami tiba di puncak Cremai di jam 5.10, Alhamdulillah segala puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah, dengan rasa haru dan bangga saya peluk anak-anak dan segera mencari tempat untuk menunaikan sholat Shubuh di lahan datar yang cukup lebar.




Disinilah kami menjadi saksi dari megahnya perubahan warna di lengkung langit, indahnya siluet pegunungan di kejauhan, gemulainya samudera awan yang bergerak syahdu dan indahnya perasaan sudah berhasil menaklukan diri kami sendiri untuk sampai ke puncak gunung tertinggi di Jawa Barat ini.

Terimakasih ya Allah, kau sempatkan hamba untuk bisa menghirup udara pagi ini dengan pemandangan yang luar biasa ini dengan anak-anak yang hamba sayangi.