Tadabbur Ciremai 28-29 Juli 2018
Ada paradoks kenikmatan di setiap perjalanan pendakian gunung, tidak ada kenyamanan, tidak ada jaminan keamanan tapi ada kehangatan yang begitu indah di dinginnya angin gunung. Kehangatan yang terbentuk dari diskusi hangat dan intim dengan; rekan pendaki, sesama pendaki gunung lainnya dan keluarga yang ikut serta di perjalanan. Tidak adanya WI-Fi dan sinyal GSM justru membuat kita berfikir keras untuk membuat aktifitas-aktifitas yang seru dan menggembirakan. Ada pemahaman yang lebih mudah tercipta dengan hadir secara fisik di lingkungan yang menyuguhkan pemandangan yang dahsyat, yang membuat kita memiliki persepsi betapa kecilnya kita di hadapan ciptaan Allah yang dahsyat terpampang. Adanya rasa syukur yang begitu tulus di setiap hidangan yang dinikmati.
Semburat cahaya mentari pagi yang membiaskan cahaya yang megah dan indah, samudera awan yang bergerak halus, luasnya mata memandang pesona alam dan hangatnya komunikasi sesama pendaki (ukhuwah pendakiyah) mungkin yang membuat saya selalu ingin kembali menikmati indahnya perjalanan pendakian gunung.
Puncak Ciremai memang memiliki daya pikat dan daya pukau yang sungguh luar biasa, setelah tahun lalu (2017) kami sekeluarga ke Gunung Ijen di daeraeh Bondowoso, di tahun 2018 ini kami merencanakan untuk menaiki gunung Ciremai di bulan Agustus. Namun rencana kami percepat karena jadwal sekolah anak-anak lumayan padat di bulan Agustus. Akhirnya kami putuskan untuk melakukan pendakian di tanggal 28 Juli.
Terus terang sempat muncul negative thinking di benak saya karena mengajak anak saya yang paling kecil Rasyad (7 tahun) yang masih berusia 7 tahun di pendakian yang tidak mudah ini. Pikiran apakah Rasyad nanti akan; minta turun, tidak betah di tenda, udara terlalu dingin dan lain-lain selalu membayangi. Berbeda dengan anak pertama saya Raka dan anak kedua Razan yang memang secara fisik sangat kuat, sama sekali tidak kekhawatiran tentang kondisi fisik dan mental mereka. Oiya kami juga mengajak keponakan Raffa di pendakian kali ini, yang dengan semangatnya mengikuti program latihan fisik yang saya berikan 2 bulan sebelum pendakian ini.
Tapi alhamdulillah semua fikiran negatif ini tidak terbukti, dari awal perjalanan sampai turun kembali ke base camp di Ipukan Rasyad menjadi teman perjalanan yang sangat menyenangkan, sabar dan ceria. I’m so proud of you son!
Perjalanan dimulai dengan melakukan registrasi di Pos Palutungan di ketinggian 1100 Mdpl, setelah itu kami menuju base camp di Ipukan Camping Ground, tempat yang sangat indah dimana kita bisa melihat puncak Ceremai, juga ada camping site dengan view kota Kuningan dan gunung Slamet di kejauhan. Pendakian kami mulai jam 8 pagi, dimulai dengan do’a agar Allah memberikan kami perlindungan, kekuatan dan keberkahan di program tadabbur ini.
Menuju pos 1 Cigowong, perjalanan sangat menyenangkan barisan pohon Pinus yang berjajar indah dan udara pagi yang sangat segar dengan track yang banyak bonusnys membuat kami bisa mengatur nafas dan bercengkerama dengan aktif. Setelah melewati daerah Kali Mati akhirnya kami tiba di Cigowong, pos ini berada di ketinggian 1450 mdpl, berupa daerah datar yang luas. Kami tiba sekitar jam 10.30, ada fasilitas musholla dan warung yang menyediakan beberapa jenis makanan dan minuman. Anak-anak memanfaatkan moment ini dengan memesan Popmie, yang memang rasanya menjadi lebih nikmat di daerah yang berudara dingin hehehe. Pos ini juga merupakan satu-satunya pos yang memiliki sumber air yang berlimpah, dan rasanya sangat segar. Kami banyak bertegur sapa dengan sesama pendaki gunung lainnya dan Rasyad sering sekali ditanya oleh mereka yang melihat, termasuk team pendaki dari RS Wijaya Kusuma, yang sering mengajak Ade Rasyad mengobrol dan bercanda, mereka kagum dengan semangat Rasyad yg di usianya sudah mau naik Ciremai.
Setelah cukup beristirahat dan menambah lagi bekal minum kami dari mata air di Cigowong kami melanjutkan perjalanan lagi menuju pos berikutnya yaitu Kuta. Track menuju pos 2 Kuta terasa semakin terjal dan membuat kami harus memperlambat pace pendakian. Pos Kuta bread di ketinggian 1575 mdpl, lahannya sempit dan tidak ada ada tempat untuk mendirikan tenda, setelah menikmati snack dan cukup minum kami segera berangkat ke pos berikutnya.
Pos 3 memiliki nama yang lucu yaitu Pangguyangan Badak, berada di ketinggan 1800 mdpl, kami hanya beristirahat sekitar 10 menit dan langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 4 Arban. Di pos ini kami bertemu kembali dengan team pendaki dari RS Wijaya Kusuma, dan lagi Rasyad diajak bercanda dengan penuh keakraban.
Kami tiba sekitar jam 12.15 siang, disini kami membuka bekal makan siang kami yaitu nasi goreng yang dibuat saudara kami Aki Yaya. Rasanya sungguh lezat, kami makan dengan lahap karena memang perjalanan sampai ke pos Arban ini banyak memakan energi. Kami juga lanjutkan dengan sholat Jama Dzuhur dan Ashar di pos ini, memanfaatkan lahan datar yang lumayan banyak tersedia di pos yang berada di ketinggian 2050 mdpl ini. Setelah cukup beristirahat kami lanjutkan lagi pendakian ini.
Pos 4 memiliki nama yang nyeleneh yaitu Tanjakan Asoy, track menuju pos 4 ini semakin terjal dan udara juga semakin dingin. Hanya sebentar kami beristirahat di pos ini untuk segera beranjak ke pos berikutnya yaitu Pesanggrahan 1.
Selepas Pos Tanjakan Asoy, track pendakian menjadi semakin extreme, beberapa kali kami harus beristirahat untuk mengambil nafas dan memperlambat detak jantung kami. Sesuai dengan namanya tanjakan di track selepas pos Tanjakan Asoy ini sungguh luar biasa menantang kesabaran, Kami banyak berzikir untuk bisa tetap sabar menjalaninya.
Akhirnya sampai kami di pos 5 yaitu Pesanggrahan 1, hanya sebentar kami beristirahat dan segera berenjak ke Pos 6 yaitu Pesanggrahan 2. Pos Pesanggrahan 2 berada di ketinggian 2200 mdpl, kami tiba pukul 15.00 lebih cepas 30 menit dari target awal. Dan sesuai rencana disinilah kami mendirikan tenda dan menyiapkan api unggun serta mengeluarkan peralatan untuk memasak. Karena sudah berhenti bergerak secara aktif, di Pos ini kami merasakan udara dingin mulai menyerang, bersamaan dengan itu Ayah juga mulai mengalami sakit perut yang luar biasa (diare). Kemungkinan besar karena sehari sebelum pendakian saya makan sambal secara berlebihan di RM Ampera di daerah CIlimus.
Rasyad sangat senang melihat kami mendirikan tenda, lucunya memang dari seminggu sebelumnya dia sempat bilang sangat ingin tidur di dalam tenda.
Setelah tenda berdiri, dan anak-anak berseka Alhamdulillah anak-anak bisa tidur dengan pulas, karena memang perjalanan sampai ke Pos Pesanggrahan 2 ini sangat menguras energi. kami pun segera memasak air dan makanan untuk persiapan makan malam. Disini saya sempat minum kopi yang ternyata semakin memperparah diare yang sudah saya derita. Jam 5.30 anak-anak dibangunkan untuk persiapan sholat Maghrib dan makan malam. Maghrib menjelang, udara semakin dingin, makanan pun sudah siap untuk disantap, Alhamdulillah istri saya sudah menyiapkan makanan yang luar biasa enaknya ada; telur, Ebi Furai dan Chicket Katsu. Setelah men jama’ sholat Maghreb dan Isya kita sempat bercengkerama dan sebelum jam 7.30 saya meminta anak-anak untuk tidur. Di saat yang sama Ayah juga mencoba untuk istirahat, tapi karena rasa sakit yang luar biasa dari diare yang diperparah dengan konsumsi kopi, akhirnya saya harus beberapakali pup, dan sangat memakan energi karena akhirnya sepanjang malam saya tidak bisa tidur, dan ada kejadian lucu di sekitar jam 12.30, selepas saya membuang hajat di udara yang sangat dingin, saya berusaha mengusir rasa dingin ini dengan berolahraga dan suara kaki ketika saya squat jump ternyata membangunkan guide kami Wa Ridwan yang mengira ada serangan babi hutten ke tenda kita hehehehe.
Memang di musim kemarau ini sering terjadi laporan serangan babi hutten di Pos Pesanggrahan 2. Target kami mencapai puncak adalah di jam 5 pagi, dengan target ini Ayah membangunkan anak-anak di jam 2 karena paling lambat jam 2.30 kita harus memulai summit attack. Setelah semalaman saya tidak bisa tidur karena beberapa kali pup dan menahan rasa sakit perut terus terang saya merasa sangat lemas, tapi saya harus tetap semangat karena memang salah satu dari target Tadabbur adalah, sabar dalam menjalani proses menuju harapan. Team Wijaya Kusuma akhirnya mengetahui kondisi saya dan beruntung mereka memberikan obat diatabs yang cukup membantu meredakan gas di perut saya.
Team memastikan bahwa seluruh safety gear mulai dari; jacket, sarung tang, head lamp, obat-obatan, makanan dan minuman sudah terbawa. Setelah kita pastikan bahwa semuanya terbawa kita isi dulu perut kita dengan air putih hangat, madu dan fitbar agar tidak masuk angin.
Track menuju Pos 7 Sanghyang Ropoh sangat berat, vegetasi sudah semakin jarang dan medan dihiasi dengan track berpasir dan berbatu. Udara juga dirasakan semakin tipis, Pos Sanghyang Ropoh bread di ketinggian 2650 mdpl, hanya sekitar 15 menit kami beristirahat disini karena memang udara dingin semakin menusuk kalau kita tidak menggerakkan bada. Ade Rasyad juga sudah harus di gendong mengingat medan yang sudah dirasakan berbagaya, mengingat ada beberapa runtuhan batu dari pendaki-pendaki yang bergerak diatas kami.
Pos berikutnya adalah Persimpangan Apuy (dari arah Majalengka), jadi sekitar 1 jam dari Sanghyang Ropoh, kami bisa mendengar sayup suara para pendaki dari ara Apuy, dan akhirnya kami tiba pos Persimpangan Apuy, udara tipis ditambah debu pasir yang tebal membuat kami harus mengenakan masker agar mengurangi rasa sesak nafas kami.
Tibalah kami di pos Goa Walet di ketinggian 2950 mdpl, sebuah tempat yang menarik untuk disinggahi, tapi kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak terlebih dahulu. Di Goa Walet ini kami bisa melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan ke arah Majalengka, lautan awan, barisan pegunungan, dan kerlap kerlip lampu di kejauhan sunggu sangat puitis terlihat. Beberapa kali kita beristirahat sambil melihat pemandangan indah di belakang kita, Raka, Razan dan Raffa masih sangat bersemangat Alhamdulillah. Ade Rasyad juga sudah diturunkan dari gendongan karena sempat ada gejala hypothermia ketika suaranya melemah.
Akhirnya setelah perjuangan yang cukup berat akhirnya kami tiba di puncak Cremai di jam 5.10, Alhamdulillah segala puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah, dengan rasa haru dan bangga saya peluk anak-anak dan segera mencari tempat untuk menunaikan sholat Shubuh di lahan datar yang cukup lebar.
Disinilah kami menjadi saksi dari megahnya perubahan warna di lengkung langit, indahnya siluet pegunungan di kejauhan, gemulainya samudera awan yang bergerak syahdu dan indahnya perasaan sudah berhasil menaklukan diri kami sendiri untuk sampai ke puncak gunung tertinggi di Jawa Barat ini.
Terimakasih ya Allah, kau sempatkan hamba untuk bisa menghirup udara pagi ini dengan pemandangan yang luar biasa ini dengan anak-anak yang hamba sayangi.