Amsterdam September 30 2018
Sangat berat menulis content ini, tentang kepergian Bang Debby Nasution, salah seorang yang sangat berjasa baik untuk saya pribadi maupun untuk keluarga dalam memberikan pemahaman terhadap ilmu agama yang komprehensif, dan juga sahabat bertukar pikiran yang luar biasa.
Saya mengenal almarhum Bang Debby Nasution atas jasa, Almarhum Bang Riza Arshad seorang musisi Jazz lĂ©gendaris di bulan Juni tahun 2007, di acara ta’lim rutin hari Sabtu di Sekolah Al Ikhlas di bilängan CIpete Jakarta Selatan. Bang Ija, begitu saya biasa memanggilnya sudah mengajak saya untuk mengikuti ta’lim ini dari tahun 2005, mungkin pikiran skeptis, dan pikiran-pikiran negatif lainnya yang membuat saya malas untuk datang ke ta’lim tersebut. Namun setelah beberapa kali Bang Ija menjelaskan beta banyaknya pencerahan dan pemahaman agama yang beliau dapatkan di ta’lim tersebut akhirnya saya memutuskan untuk datang.
Berbeda dengan bayangan saya, ta’lim Al Ikhlas ini berformat ruangan kelas dan memang menggunakan salah satu ruang kelas di SD Al Ikhlas. Satu hal yang saya bisa rasakan menonjol adalah betapa ramahnya anggota ta’lim nya (terutama pasangan suami istri luar biasa, Mas Toto dan Mbak Retno) dan itu membuat saya merasa nyaman di pertemuan saya itu. Dan seperti halnya banyak jama’ah ta’lim Bang Debby lainnya bisa analisa, metode ilmiah yang beliau share sangatlah mengena. Dimana semua kajian yang beliau sampaikan selalu disertai dengan dalil berdasarkan qur’an dan sunnah. Saya sangat mengagumi kedalaman dan keluasan ilmu beliau. Betapa banyaknya kitab ulama salaf yang sudah beliau kaji dan analisa. Pertemuan pertama itu begitu berkesan dan akhirnya saya mendawamkan untuk secara rutin menghadiri ta’lim di Al Ikhlas ini.
Di tahun 2010, akhirnya saya pun berhasil mengajak istri saya untuk bersama-sama mengkaji ilmu setiap Sabtu, come to think of it, mungkin ini cara Allah membalas ajakan Bang Ija dulu hehehehe. Dan tak lama setelah ikut ta’lim akhirnya istri saya pun alhamdulillah berhijab. Secara umum ada tiga kajian beliau yang sangat komprehensif dan memberikan pemahaman agama yang luar biasa untuk saya pribadi. Pertama terkait dengan tafsir surah Quraisy, sebuah surat yang ketika ditafsirkan ternyata sangat dalam dan penuh makna. Kedua mengenai tidak adanya dikotomi antara pekerjaan dunia dan ibadah mahdoh, artinya ketika kita bekerja dengan niat yang benar itu sama dengan ibadah. Ketiga mengenai mengkaji ilmu agama itu adalah bentuk ibadah yang paling utama dan paling tinggi pahalanya di hadapan Allah.
Sabtu pagi 15 September 2018. Berdasarkan perhitungan dokter kandungan, ini adalah tanggal due date nya anak ke 4 kami. Dan memang sudah dari hari Kamis dini hari, kehamilan istri saya sudah dalam tahap pembukaan dua. Sabtu pagi itu sangat cerah, karena istri saya masih bisa menahan kontraksinya akhirnya kami putuskan untuk tetap hadir di Majelis Ta’lim Al Ikhlas, kami tidak menyadari ini adalah ta’lim terakhir yang disampaikan oleh Bang Debby.
Di sesi pertama (jam 10-12) kami melanjutkan tafsir surat Saba, saya masih inget beliau membahas ayat ke 14 yang mengisahkan mengenai kematian nabi Sulaiman. Beliau sempat terharu dan menitikkan air mata ketika memberikan tafsir ayat ke 14 ini subhanallah. Kami pun break untuk shoat Dzuhur, beliau melaksanakannya persis di belakang shaf saya, dan terlihat sangat sehat. DIsini pun beliau sempat berbicara dan berbicara dengan istri saya menanyakan kondisi kehamilan, dan sempat tertawa lepas bertukar canda dengan kami.
Sebelum makan siang bersama kami memulai sesi dua, yaitu sesi tanya jawab. Ada tiga penanya saat ini, dan saya adalah penanya kedua, namun ada yang terlihat mengkhawatirkan ketika orang ketiga bertanya, bang Debby hanya terdiam dan melihat penanya, tak lama kemudian bang Debby pun jatuh pingsan. Sungguh tak ada perasaan khawatir yang berlebihan saat itu terjadi, saya berfikir “mungkin Vertigo Bang Debby kambuh lagi nah”. Keluaga dan para sahabat pun segera memberikan perhatian dan pertolongan. Karbilla Nasution putri beliau meminta Mas Eri Triharso untuk membujuk Bang Debby untuk segera berangkat ke IGD RS Setia Mitra, yang memang jaraknya paling dekat dengan Al Ikhlas. Saat itu Bang Debby menjawab dengan mengganggukkan kepala dengan lemah.
Kami pun menggendong Bang Debby masuk ke mobil Mas Eri, saya kebetulan memegang bagian kaki beliau, dan sempat kaget karena suhunya dingin sekali! Di saat ini lah saya merasa sangat khawatir dan meminta mas Eri untuk bergegas. Tak lama setelah tiba di IGD RS Setia Mitra, hal yang kami khawatirkan pun terjadi, Bang Debby menghembuskan nafas terakhirnya sekitar jam 2 siang, ditengah keluarga dan sahabat-sahabat yang beliau sayangi. Sungguh sangat sulit untuk saya dan istri saya mencerna seluruh kejadian dan informasi ini, bahkan karena sangat emosialnal bayi di kandungan istri saya sempat tidak bergerak aktif. Masih banyak sekali ilmu yang ingin kami gali, masih ingin banyak sekali waktu untuk berinteraksi dengan beliau.
Masih kuat melekat di ingatan saya, ketika saya meminta beliau untuk memberikan kajian di kantor saya di tahun 2011. Saya bilang ke beliau “Bang maaf jumlah karyawan kantor saya masih sedikit, tapi saya ingin abang share ilmu ke mereka supaya pemahaman mereka komprehensif”, beliau menjawab dengan indah “nggak masalah dra, sedikit atau banyak bukan soal yang penting pemahaman agama yang benar bisa sampe ke mereka”. Sosok yang begitu dalam pemahaman agamanya, tapi begitu sederhana dan ikhlasnya dalam bersosialisasi.
Tanggal 16 September saya menghadiri pemakaman beliau di Sawangan, dan sempat bertemu Bang Adhyaksa Dault, beliau bercerita bahwa di awal September sempat mengajak Bang Debby untuk melakukan medical check up menyeluruh dan beliau menjawab “jangan repot-repot Yu (nama kecil Bang Adhyaksa adalah Yuyu), ane mah kalau meninggal pengen lagi ngajar dan gak ngerepotin orang”. Subhanallah di ijabah Allah doa Bang Debby.
Innalillahi wa inna ilayhi roji’un, MasyaAllah indah banget cara pergi Abang, di moment ketika sedang sharing tafsir quran, di tengah anggota keluarga dan jamaah yang Abang sayangi. Terus terang saya iri bang, dan berdoa semoga Allah kelak mewafatkan saya dan orang-orang yang saya cintai dengan cara yang indah juga.Untuk saya Abang husnul khotimah. Semoga jannah firdaus untuk Abang, dan kita semua bisa bertemu di sana semua. InsyaAllah kami semua muridmu akan tetap konsisten mengkaji ilmu agama ini dengan manhaj yang benar.
No comments:
Post a Comment