SEJARAH DAN TIPE CRYPTOCURRENCY
Dalam rangka hari jadi Bitcoin 4 Januari 2009 :)
Data dari Real Vision yang disampaikan CEO mereka Raoul Paul di Desember 2021 menunjukkan bahwa saat ini sudah ada sekitar 250 juta crypto user di dunia, dengan market cap sekitar USD 2,7 triliun. Dengan tingkat adopsi yang lebih dari 120% pertahun maka diperkirakan di tahun 2024 akan ada sekitar 1 milyar penduduk bumi yang sudah menggunakan teknologi crypto.
Cryptocurrency sendiri kalau kita definisikan adalah mata uang digital berbasiskan teknologi cryptography dan blockchain. Sampai hari ini baik di dunia maupun di Indonesia masih banyak menimbulkan kontroversi. Di akhir 2021 PWNU Jatim dan Komisi Fatwa MUI sudah menjelaskan di media massa bahwa crypto currency ini haram, tapi sayangnya baik argumentasi dan data dukungnya tidak kuat, terlihat bahwa yang menyampaikan kurang memahami fundamental dan value inti dari crypto currency.
Institusi-institusi keuangan besar dunia pun saat ini sudah banyak yang mengadopsi crypto currency ini, bahkan perusahaan seperti Goldman Sachs yang dulunya sangat keras menentang Bitcoin sekarang sudah melakukan investasi di platform crypto ini.
Crypto users sendiri saya lihat terbagi dua, ada yang sangat memahami fundamental dan biasanya menjadi long term holder dari beberapa asset crypto yang fokus di layer 1 seperti; Ethereum, Polkadot, Cardano, Solana dll, mereka menjadikan coin ini sebagai instrumen investasi jangka panjang, dengan pandangan bahwa coin2 ini adalah solution oriented software.
Di sisi lain ada juga yang murni trader dimana mereka tidak mendalami fundamental knowledge dari coin coin yang ada, mereka fokus melihat pergerekan trading chart dan price action yang terjadi. Jadi mereka murni mengandalkan kemampuan technical analysisnya.
Beberapa orang ada juga yang tidak memiliki rasa ingin tahu sehingga lebih tidak pedul akan dinamika yang terjadi di industri crypto.
Saya sendiri cenderung menjadi investor tipe 1, dimana saya fokus untuk melakukan investasi jangka panjang di project-project crypto yang berpotensi memberikan solusi untuk masalah-masalah yang besar.
Menariknya data dari CoinmarketCap di tahun 2021 kemarin ada lebih dari 8000 crypto currency yang beredar, dan angka ini tumbuh secara eksponensial. Sangatlah penting untuk calon investor mengetahui jenis- jenis crypto currency sehingga kedepannya mereka bisa memilih instrument investasi yang paling sesuai dengan tujuan keuangan mereka.
Tipe-tipe cryptocurrency
1. Bitcoin
Bitcoin lahir di tanggal 4 Januri 2009, dimana block pertamanya di minting. Banyak misteri yang menyelimuti siapa penemu Bitcoin ini, sampai sekarang tidak ada yang mengetahui siapakah Satoshi Nakamoto sebuah nama yang ada di whitepaper document dari Bitcoin. Di bulan Desember Elon Musk mengejutkan dunia dengan pernyataan bahwa dia berpendapat bahwa Nizk Szabo adalah Satoshi Nakamoto. Terlepas dari misteri yang ada kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa Bitcoin adalah adalah cryptocurrency pertama, seiring berjalannya waktu banyak institusi yang menjadikan Bitcoin sebagai alat bantu untuk hedge (melindungi) dari dampak inflasi. Jadi banyak yang menyamakan Bitcoin seperti format digital dari emas/digital gold). Kalau dilihat dari pertumbuhan harga tahunan di 10 tahun terakhir ini memang Bitcoin tumbuh diatas 200%, mungkin hal inilah yang menyebabkan Michael Saylor CEO dari Micro Strategy melakukan investasi di Bitcoin, Mircro Strategy adalah perusahaan public listed pertama yang menggunakan dana treasurynya untuk diinvestasikan di bitcoin, langkah ini juga diikuti oleh Tesla, Morgan Stanley dan beberapa perusahaan besar lainnya.
2. Layer 1, Smart Contract Platform
Innovator genius seperti Vitalik Buterin, Charles Hoskinson dan Gavid Wood melihat potensi besar yang bisa lebih digunakan di platform blokchain dari hanya sekedar melakukan pencatatan seperti Bitcoin. Berbeda dengan Bitcoin yang menggunakan bahasa pemrograman Script yang sederhana untuk pencatatan transaksi, Ethereum menggunakan bahasa pemrograman Solidity yang mencapai level 'turing complete' yang berarti bisa digunakan untuk membuat program untuk komputasi yang lebih komplek seperti Smart Contract. Smart Contract merupakan program yang membuat 2 pihak bisa membuat perjanjian kontrak secara otomatis, misalnya bisa membuat perjanjian jual beli tanpa ada perantara karena sudah diatur oleh software, yang menghasilkan banyak ide untuk aplikasi terdesentralisasi (Decentralized Apps atau dapps).
Platform Smart Contract merupakan teknologi pondasi untuk berbagai aplikasi baru yang sekarang sedang men disrupsi berbagai sektor dari financial (Decentralized Finance atau DeFi), infrastructure, public sector, retail, entertainment, real estate, insurance dan banyak lainnya. Dan kesuksesan Ethereum membuat banyak platform-platform smart contract baru bermunculan seperti Cardano yang didirikan oleh Charles Hoskinson yang keluar dari Ethereum, Solana, Polkadot yang didirikan Gavin Wood, Avax, Algorand dan lain-lain. Koin crypto dari platform ini seperti ETH di Ethereum atau SOL di Solana biasanya digunakan sebagai utilitas yaitu untuk membayar biaya transaksi di blockchain. Yang berarti jika semakin banyak aplikasi yang berjalan di atas platform smart contract, maka akan semakin banyak kebutuhan akan koin-koin tersebut. Oleh karena itu, Ethereum sebagai platform smart contract terbesar biasa disebut "Digital Oil", jika dibandingkan dengan Bitcoin yang sering disebut sebagai "Digital Gold".
3. Stable Coin
Stable coin adalah type cryptocurrency yang nilainya di backup oleh aset lain seperti uang fiat. USDC misalnya, mengklaim kalo setiap 1 koin USDC itu dibackup oleh simpanan 1 USD di perusahaan Circle sebagai pembuat koin. Sedangkan pembuat USDT menyatakan bahwa setiap koin USDT dibackup oleh aset yang setara, jadi tidak hanya USD tapi bisa juga berupa obligasi dan surat berharga lain.Stable coin digunakan untuk mempermudah transaksi antara mata uang crypto yang berbeda. Sebelumnya semua coin crypto hanya bisa ditukar ke BTC (Bitcoin) atau ke mata uang fiat langsung. Dengan adanya stable coin, orang bisa melakukan transaksi jual beli langsung misal ETH (Ethereum) ke USDT, untuk kemudian membeli crypto yang lain misal USDT ke ADA (Cardano), tanpa harus melakukan konversi ke mata uang fiat seperti USD terlebih dahulu.
4. Layer 2 dan Infrastructure Support
Ethereum masih memiliki keterbatasan untuk digunakan di skala masif karena secara rata-rata hanya bisa memproses rata-rata 15 transaksi per detik. Untuk mengatasi masalah skalabilitas ini ada beberapa project crypto Layer 2, yaitu project yang berjalan di atas Blockchain seperti Ethereum (yang merupakan Layer 1) seperti Polygon, Cartesi, Arbitrum, Immutable X dan lain-lain. Biasanya Layer 2 protocol memiliki mekanisme konsensus atau pencatatan transaksi tersendiri yang kemudian di sinkronkan dengan pencatatan transaksi di Layer 1. Kebanyakan layer 2 memiliki koin sendiri seperti Matic untuk Polygon, walau ada protokol layer 2 seperti Lightning Network untuk Bitcoin yang tidak membuat koin baru namun tetap menggunakan BTC.
Selain layer 2 ada juga project-project yang bertujuan memperkuat infrastruktur dari Blockchain. Chainlink misalnya, merupakan "Oracle" atau penghubung antara jaringan blockchain dengan sumber data dari luar seperti Internet. Atau Cosmos yang berupaya menjadi jembatan menghubungkan antara jaringan blockchain yang berbeda-beda seperti Bitcoin ke Ethereum.
6. Decentralized Applications (Dapps)
Karena blockchain merupakan teknologi yang terdesentralisasi, jaringan blockchain dibentuk oleh mesin-mesin yang tersebar di seluruh dunia tanpa ada satu pusat kendali, maka ini menginspirasi beberapa project yang mencoba membuat Decentralized Application. Bayangkan platform video seperti YouTube tapi tidak ada perusahan terpusat seperti Google yang mengendalikan konten. Sudah ada project seperti Theta yang membuat ini, dan menyerahkan kendali konten ke user. Atau seperti Filecoin yang membuat Interplanetary File System (IPFS) yaitu media penyimpanan file yang terdistribusi di jaringan blockchain. Atau seperti Vechain yang berfokus untuk melakukan Supply Chain Management menggunakan teknologi blockchain.
Ada banyak juga Dapps yang berjalan di atas blockchain lain seperti Smart Contract Platform. Misalnya Uniswap adalah Decentralized Exchange (DEX) yang berjalan di atas Ethereum yang memunkinkan untuk tukar menukar mata uang crypto tanpa ada perantara. Mekanisme pertukaran, bahkan untuk menyediakan likuiditas yang dibutuhkan, diatur oleh program smart contract. Ada juga Aave yang menjadi platform lending dimana user bisa menjaminkan crypto yang dimiliki (misal ETH) untuk meminjam USDT. Perjanjian pinjam meminjam ini menggunakan smart contract, tanpa membutuhkan perantara bahkan tanpa membutuhkan identitas atau background check dari si peminjam.
5. Centralized Exchange Coin
Centralized Exchange (CEX) adalah entity terpusat, yang membedakan dengan Decentralized Exchange atau DEX, yang memberikan jasa tukar-menukar antara fiat ke crypto dan juga dari satu mata uang crypto ke crypto yang lain. Kebanyakan CEX membuat mata uang crypto sendiri yang digunakan sebagai utilitas untuk pembayaran biaya transaksi misalnya, atau untuk memberikan reward ke orang-orang yang mau menyimpan (biasa disebut staking) koin crypto mereka di exchange tersebut. Contoh koin crypto exchange seperti BNB dari Binance, FTT dari FTX, TKO dari Tokocrypto dan lain-lain.
Exchange seperti Binance membuat blockchain untuk smart contract platform sendiri yang disebut Binance Smart Chain (BSC). Ini membuat Binance bisa membuat ekosistem baru dimana project-project crypto lain bisa berjalan di atas BSC, contohnya adalah DEX seperti Pancake Swap.
8. Privacy Coin
Banyak orang yang beranggapan bahwa Bitcoin hanya berguna untuk kegiatan ilegal karena sulit buat ditelusuri. Padahal yang sebenarnya adalah: pencatatan transaksi Bitcoin terjadi di Blockchain yang sangat transparan dan tidak bisa diubah, sehingga setiap orang bisa mendapatkan riwayat transaksi semua alamat dari block pertama yang biasa disebut genesis sampai hari ini. Setiap orang yang ingin melakukan transaksi memang membutuhkan alamat di blockchain, yang bisa didapatkan dengan menggunakan Wallet atau dompet digital yang merupakan mekanisme yang memudahkan buat user untuk bisa bertransaksi. Jika kita membeli koin crypto di Centralized Exchange seperti Binance, kita akan mendapatkan alamat dan wallet yang dititipkan di mereka (disebut custodian wallet) dan juga identitas kita diketahui oleh exchange yang sekarang selalu memperlakukan Know Your Customer (KYC). Memang ada cara untuk membuat alamat sendiri tanpa bantuan exchange dan tidak perlu memberikan identitas kita ke siapapun. Namun semua transaksi dari setiap alamat pasti bisa kelihatan. Oleh karena itu transaksi di Bitcoin disebut pseudonymous bukan anonymous, karena jika alamat kita bisa dihubungkan dengan identitas kita maka semua transaksi kita jadi ketahuan semua orang.
Ada beberapa project yang bertujuan untuk membuat privacy coin jadi benar-benar membuat transaksi kita anonymous, seperti Monero dan Dash. Namun karena hampir semua pemerintah tidak menginginkan ini, maka Centralized Exchange semakin jarang memperjual belikan privacy coin sehingga semakin sulit untuk mendapatkannya.
6. Meme Coin
Meme coin merupakan koin yang terlahir karena... meme. Contohnya adalah Doge yang awalnya dibuat hanya untuk lucu-lucuan, namun ternyata meme coin mampu membentuk komunitas yang kuat dan loyal, yang membuat koin ini bisa bertahan dan termasuk top 10 coin crypto berdasarkan market capitalization (atau total jumlah koin yang beredar dikalikan harga koin). Selain Doge, ada juga meme coin baru seperti Shiba Inu yang awalnya hanya meme namun sekarang mencoba membuat kegunaan lain seperti membuat exchange sendiri dan menawarkan staking.
Karena meme coin komunitas pendukungnya kuat dan biasanya terlihat fun, banyak orang baru yang melakukan investasi ke cryptocurrency karena ini.
7. Scam Coin alias pump-and-dump
Semua tipe project crypto yang disebutkan sebelumnya memiliki kegunaan sendiri-sendiri. Tapi ada juga project crypto yang dibuat hanya untuk memperkaya si pembuat dan orang-orang yang duluan membeli. Skemanya mirip dengan skema piramida di mana orang-orang yang terakhir membeli akan membeli dengan harga yang mahal sebelum harga akan jatuh (biasa disebut holding the bag). Oleh karena itu koin seperti ini sering disebut scam dan hanya digunakan untuk pump and dump. Bahkan ada koin seperti ini yang ketika si pembuat sudah menjual koin miliknya, dia akan mengambil likuiditas dari exchange (biasa disebut rug pull) sehingga orang-orang yang memiliki koin tersebut tidak bisa menjual dengan harga berapapun. Koin-koin seperti ini sebaiknya dihindari untuk investasi karena walau bisa saja sangat menguntungkan jika beli duluan, tapi ini benar-benar spekulasi dan tidak memiliki kegunaan lain.
Dari semua tipe yang disebutkan di sini, koin atau token crypto nya disebut "fungible" atau tidak unik. Artinya kita bisa mengirimkan misal 1 koin BTC ke satu orang, kemudian orang tersebut mengirimkan 1 koin BTC yang lain kembali ke kita, dan nilai nya tetap sama walaupun sebenarnya itu dua koin yang berbeda.
Ada tipe koin atau token yang unik yang disebut Non-Fungible Token (NFT). NFT merupakan inovasi yang berjalan di atas platform smart contract seperti Ethereum, yang memungkinkan untuk membuat suatu benda digital maupun benda fisik bisa dibuktikan keaslian dan kepemilikannya di blockchain. NFT membutuhkan pembahasan yang terpisah dan saat ini sedang men disrupsi digital art sampai ke gaming secara besar-besaran, namun saya percaya ini hanya awal dan akan lebih banyak lagi hal-hal yang di disrupsi oleh NFT di masa depan.
Satu2nnya yg sdh mulai modular ya eth. Dgn sidechainnya (polygon, xdai, celo, mina dll) dan l2 nya (arbitrum, optimism, starkware dll). Dan side chain dan l2 chains mrk jg sdh ada yg modular. Polygon punya pos chain utk settlement, mrk br beli hermez utk transaction layer dan mrk ada polygon avail sbg data layer nya.
No comments:
Post a Comment