Wednesday, December 22, 2010
Raka Sunatan Partnya Raka
As promised, sekarang tentang sunatannya Raka.
Dari sekitar dua hari sebelum Raka disunat, saya dan Asri merasakan perasaan deg2an yang hebat. Hal yang saya kira wajar sebagai orang tua yang akan dihadapkan pada situasi yang memang berat untuk dihadapi sang buah hati.
Lucunya Raka malah terlihat santai, apa karena dia tidak tahu sunatan itu apa dan bagaimana prosesnya karena memang baru satu orang temannya yang sudah sunatan di sekolah. Kami tiba di rumah sunatan sekitar jam 6.15, langsung kami daftar ulang dan menunggu.
Ketika berangkat dan sampai di tempat tujuan pun dia terlihat sangat santai, tidak ada tanda2 kekhawatiran yang berlebihan. Malah dia asyik bermain bersama Razan di playground yang memang ada di rumah sunatan. Disaat menunggu inilah perasaan deg-degan saya makin menggetarkan. Apalagi sesaat sesudah mendaftar ulang dan mencium bau mah sakit yang khas.
Speaker terdengar yang menandakan tiba saatnya Raka disunat, bismillah kami ucapkan sama2 dan kamipun naik ke ruang sunat. Petugas sunat yang menangani Raka adalah dr Bayu, dr yang sangat ramah dan sangat perhatian pada pasiennya.
Saya memegangi kaki Raka, sementara Asri memeluk Raka dari arah kepala, keringet dingin mengucur deras dari kepala saya sesaat sebelum penis Raka disuntik, saya masih ingat rasa sakitnya dulu. Tapi Alhamdulillah Raka sangat kuat menahan rasa sakit dari jarum suntiknya, dan proses sunat dengan metode smart klamp inipun selesai dalam waktu sekitar 15 menit.
Raka langsung bisa berjalan pulang, hanya saat turun tangga saja dia meminta saya untuk menggendongnya. Dia memilih untuk pulang ke rumah ibu mertua saya di bilangan Tebet bersama dengan Aki dan Nininya.
Seperti yang sudah kami duga sebelumnya, ketika obat bius sudah hilang efeknya rasa sakit yang sangat pun akan datang, dan sayangnya jarak antara kami pulang dari dokter dan waktu Raka makan obat penahan sakit sangat jauh. Hal ini membuat Raka sempat berteriak kesakitan selama sekitar 20 menit. Saya dan Asri mencoba untuk terus membimbing Raka mengucapkan Asma Allah dan meminta Raka untuk mengatur nafasnya untuk mengurangi rasa sakitnya.
Sekitar jam 9.30 pagi rasa sakit itu berkurang, efek dari obat penahan sakit sudah bekerja.
Alhamdulillah saya dan Asri panjatkan ke hadirat Allah yang telah menganugrahkan kami dengan anak yang kuat dan sabar.
Love you Raka!
Dari sekitar dua hari sebelum Raka disunat, saya dan Asri merasakan perasaan deg2an yang hebat. Hal yang saya kira wajar sebagai orang tua yang akan dihadapkan pada situasi yang memang berat untuk dihadapi sang buah hati.
Lucunya Raka malah terlihat santai, apa karena dia tidak tahu sunatan itu apa dan bagaimana prosesnya karena memang baru satu orang temannya yang sudah sunatan di sekolah. Kami tiba di rumah sunatan sekitar jam 6.15, langsung kami daftar ulang dan menunggu.
Ketika berangkat dan sampai di tempat tujuan pun dia terlihat sangat santai, tidak ada tanda2 kekhawatiran yang berlebihan. Malah dia asyik bermain bersama Razan di playground yang memang ada di rumah sunatan. Disaat menunggu inilah perasaan deg-degan saya makin menggetarkan. Apalagi sesaat sesudah mendaftar ulang dan mencium bau mah sakit yang khas.
Speaker terdengar yang menandakan tiba saatnya Raka disunat, bismillah kami ucapkan sama2 dan kamipun naik ke ruang sunat. Petugas sunat yang menangani Raka adalah dr Bayu, dr yang sangat ramah dan sangat perhatian pada pasiennya.
Saya memegangi kaki Raka, sementara Asri memeluk Raka dari arah kepala, keringet dingin mengucur deras dari kepala saya sesaat sebelum penis Raka disuntik, saya masih ingat rasa sakitnya dulu. Tapi Alhamdulillah Raka sangat kuat menahan rasa sakit dari jarum suntiknya, dan proses sunat dengan metode smart klamp inipun selesai dalam waktu sekitar 15 menit.
Raka langsung bisa berjalan pulang, hanya saat turun tangga saja dia meminta saya untuk menggendongnya. Dia memilih untuk pulang ke rumah ibu mertua saya di bilangan Tebet bersama dengan Aki dan Nininya.
Seperti yang sudah kami duga sebelumnya, ketika obat bius sudah hilang efeknya rasa sakit yang sangat pun akan datang, dan sayangnya jarak antara kami pulang dari dokter dan waktu Raka makan obat penahan sakit sangat jauh. Hal ini membuat Raka sempat berteriak kesakitan selama sekitar 20 menit. Saya dan Asri mencoba untuk terus membimbing Raka mengucapkan Asma Allah dan meminta Raka untuk mengatur nafasnya untuk mengurangi rasa sakitnya.
Sekitar jam 9.30 pagi rasa sakit itu berkurang, efek dari obat penahan sakit sudah bekerja.
Alhamdulillah saya dan Asri panjatkan ke hadirat Allah yang telah menganugrahkan kami dengan anak yang kuat dan sabar.
Love you Raka!
Raka Sunatan
Alhamdulillah kemarin hari Rabu tanggal 22 Desember 2010 Raka sudah disunat, kita sekeluarga dan juga orang tua saya berangkat dengan convoy 2 mobil dari Bona Indah jam 5.30 menuju rumahsunatan di daerah Casablanca.
Di sepanjang perjalanan memori saya melayang ke waktu dimana saya disunat dulu, sebuah memori yang begitu indah. Di kampung Winduhaji adalah suatu tradisi untuk merayakan sunatan secara besar2an, saking besarnya banyak keluarga berada mendatangkan dalang2 wahid sebagai pengisi acara.
Mungkin skala eventnya berbanding tipis dengan acara perkawinan, bahkan anak kecil yang disunat pun diberi gelar "Penganten Sunat". Saya ingat waktu itu dihias dengan begitu seriusnya, beskap dari bahan beludru yang panas dengan warna biru gelap yang sangat panas dipakai, kopiah yang dilengkapi dengan ronce melati dan tidak lupa keris yang aneh bentuknya.
Kaum ibu sibuk mempersiapkan hidangan di dapur umum, kaum bapak dengan koordinasi yang tidak kita mengerti bisa membuat balandongan (tenda hajatan) dengan sukses. Tidak ada satupun yang dibayar dan minta dibayar, satu hal yang sekarang saya yakin jadi barang langka.
Saya ingat berbisik ke ayah saya sebelum disunat keesokan harinya untuk tidak mempertonton kan freshly cut penis yang biasanya ditutup semacam besek. Konsepnya aneh menurut saya :). Hari sunat tiba, kami berangkat pagi sekali sekitar jam 3.30, Abah, Bapak dan para sesepuh ikut mengantar saya menuju dokter sunat di daerah Soekarno Hatta Bandung.
Clueless dan tidak pernah tau pengalaman disunat saya pikir disunat itu tidak akan sakit, dan memang itu yang biasanya orang tua2 sampaikan, kami tiba di Bandung sekitar jam 6.30, hanya menunggu sebentar dan akhirnya saya disunat .
Di perjalanan kembali ke Winduhaji efek obat bius menghilang, dan rasa sakit yg sangat pun menyerang. Para orang tua dengan penuh kasih sayang mencoba untuk memberikan rasa nyaman pada saya.
Tiba di rumah Abah saya di Winduhaji, hal pertama yang saya ingin lakukan adalah tidur, mencoba membuang rasa sakit ini ke satu keranjang sampah jauh di lubuk mimpi yang terdalam. Tapi ternyata saya diwajibkan makan bakakak hayam (ayam panggang full 1 body) yang bentuknya mengingatkan saya pada para pendekar Kay Pang di film2 kungfu klasik.
Akhirnya dengan terpaksa saya makan, dan langsung makan obat yang Alhamdulillahnya 15 menit setelah itu mampu menghilangkan rasa sakit. Dan sayapun tertidur.....ketika terbangun saya kaget melihat banyak saudara yang bediri/duduk di sekitar saya, dan berbicara dalam bahasa sunda yang artinya kurang lebih jadi anak pinter, baik dan sholeh ya dan yang lebih kaget lagi ternyata penis saya sudah dibrongsong dan dipertontonkan ke penduduk seantero desa hehehehhe, rasa malunya hilang dengan bayangan dapet uang hajat yang ingin sekali saya belikan slot car dan tracknya ;).
Promise you that next blog is about Raka sunatan.
Di sepanjang perjalanan memori saya melayang ke waktu dimana saya disunat dulu, sebuah memori yang begitu indah. Di kampung Winduhaji adalah suatu tradisi untuk merayakan sunatan secara besar2an, saking besarnya banyak keluarga berada mendatangkan dalang2 wahid sebagai pengisi acara.
Mungkin skala eventnya berbanding tipis dengan acara perkawinan, bahkan anak kecil yang disunat pun diberi gelar "Penganten Sunat". Saya ingat waktu itu dihias dengan begitu seriusnya, beskap dari bahan beludru yang panas dengan warna biru gelap yang sangat panas dipakai, kopiah yang dilengkapi dengan ronce melati dan tidak lupa keris yang aneh bentuknya.
Kaum ibu sibuk mempersiapkan hidangan di dapur umum, kaum bapak dengan koordinasi yang tidak kita mengerti bisa membuat balandongan (tenda hajatan) dengan sukses. Tidak ada satupun yang dibayar dan minta dibayar, satu hal yang sekarang saya yakin jadi barang langka.
Saya ingat berbisik ke ayah saya sebelum disunat keesokan harinya untuk tidak mempertonton kan freshly cut penis yang biasanya ditutup semacam besek. Konsepnya aneh menurut saya :). Hari sunat tiba, kami berangkat pagi sekali sekitar jam 3.30, Abah, Bapak dan para sesepuh ikut mengantar saya menuju dokter sunat di daerah Soekarno Hatta Bandung.
Clueless dan tidak pernah tau pengalaman disunat saya pikir disunat itu tidak akan sakit, dan memang itu yang biasanya orang tua2 sampaikan, kami tiba di Bandung sekitar jam 6.30, hanya menunggu sebentar dan akhirnya saya disunat .
Di perjalanan kembali ke Winduhaji efek obat bius menghilang, dan rasa sakit yg sangat pun menyerang. Para orang tua dengan penuh kasih sayang mencoba untuk memberikan rasa nyaman pada saya.
Tiba di rumah Abah saya di Winduhaji, hal pertama yang saya ingin lakukan adalah tidur, mencoba membuang rasa sakit ini ke satu keranjang sampah jauh di lubuk mimpi yang terdalam. Tapi ternyata saya diwajibkan makan bakakak hayam (ayam panggang full 1 body) yang bentuknya mengingatkan saya pada para pendekar Kay Pang di film2 kungfu klasik.
Akhirnya dengan terpaksa saya makan, dan langsung makan obat yang Alhamdulillahnya 15 menit setelah itu mampu menghilangkan rasa sakit. Dan sayapun tertidur.....ketika terbangun saya kaget melihat banyak saudara yang bediri/duduk di sekitar saya, dan berbicara dalam bahasa sunda yang artinya kurang lebih jadi anak pinter, baik dan sholeh ya dan yang lebih kaget lagi ternyata penis saya sudah dibrongsong dan dipertontonkan ke penduduk seantero desa hehehehhe, rasa malunya hilang dengan bayangan dapet uang hajat yang ingin sekali saya belikan slot car dan tracknya ;).
Promise you that next blog is about Raka sunatan.
Sunday, December 19, 2010
Harapan dalam pesta rakyat 19 Desember 2010
Ada semangat baru yang terletupkan dengan membahana ketika saya dan teman-teman menyaksikan secara langsung pertandingan semifinal Piala Asia AFF leg ke 2 antara Indonesia vs Filipina tanggal 19 Desember 2010.
Gemuruh yang disebabkan koor bersama ketika lebih dari 80,000 orang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya benar-benar mendatangkan kerinduan akan perasaan "merinding" yang saya pernah rasakan ketika nonton film Wolter Monginsidi. Sebuah perasaan bangga penuh harap terhadap keberadaan kita sebagai bangsa.
Suasana didalam stadion begitu hidup, semuanya terlihat bercahaya. Kontras dengan pemandangan sewaktu terjadi pertandingan antara PSMS dan Persib di era 80an, di pertandingan tadi malam banyak sekali penonton yang terlihat sadar mode dan datang dari kaum menengah ke atas, sungguh pemandangan yang enak dipandang. Walaupun sarana umum di stadion jauh dari layak. Toilet yang amburadul, bench yang sekedarnya, giant LCD yang bahkan indikator waktu pertandingannya saja tidak jalan apalagi mereplay gol indah yang dibuat oleh "El Loco"
Saya ingat di piala AFF thn 2008, teman kantor saya Kang Udjo mencoba mengajak menonton pertandingan secara langsung dengan iming2 kaos dan tiket gratis dan hanya ada 1,2 orang yang ikut nonton bareng saat itu. Masyarakat sudah muak dengan Nurdin Halid yang memang terbukti melakukan tindak pidana korupsi, dan antusiasme membela tim Garuda secara langsung
Ini adalah pesta rakyat, di negeri yang musibah korupsinya jauh melebihi bencana alamnya, dimana rasa percaya dan hormat pada pemerintahannya sudah berada di titik terendah dan harapan baru itu timbul lewat permainan cantik dan heroik yang dimainkan oleh para pemain tim nasional Indonesia.
Pesta rakyat yang membanggakan!
Bangsa ini sudah lelah dilecehkan, sudah kenyang dimanipulasi, waktunya bangkit dan bergerak! Dengan pesan terakhir TURUNKAN NURDIN!
Saturday, December 18, 2010
Last time I update you guys with this project was in 2007,
three years after that, I'm planning to swap the engine with Mitsubishi 4D56 for more efficiency
Below is from blog posted in 2007
three years after that, I'm planning to swap the engine with Mitsubishi 4D56 for more efficiency
Below is from blog posted in 2007
It's been quite a while since I update you with the my classic merc restoration progress. Here are the updates;
1. New headliner were installed two days ago.
2. Rear axel were replaced, along with it I've upgraded the braking system from drum brake to disc brake (front and rear).
3. Exhaust systems were being restored.
I'll be going to my hometown from Oct 20 - Oct 30, will inform you later on the progress :-)
It's been a very intensive two weeks for me, here are the completed tasks list;
1. Completed all window regulator
2. Replacing all drum brakes with disc brakes
3. Installing new wood panel for dashboard
4. Engine running (test)
5. Completed all chrome parts
Million lists to go though :-), wish me luck guys!
Wednesday, December 15, 2010
Icons and Trends
By looking at the latest trend in music industry as well as social networking I notice something big happening. The way we consume media is dramatically changing, and arguably the way we think is undergoing the same process.
Ring back tones are becoming major label' cash cow, while CD sales are dropped significantly. Young group of people tend to jump in into conclusion just by reading their friend's Twitter or FB status. Sinta and Jojo becoming TVC personalities just by lip syncing "keong racun" and share it via Youtube.
It's all about me, it's about showing what you have or what you can do and monetize it. Musicians tend to develop one catchy/provocative songs and sell it via RBT.
Digital trash is filling our media space.
Subscribe to:
Posts (Atom)